This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, June 26, 2016

NUZULUR QUR'AN

Mekah, pertengahan bulan Ramadan, 15 abad silam. Cuaca kering, suasana sunyi senyap.Gua Hira di lereng Bukit Nur tak jauh dari jantung kota Mekah, remang-remang dan lengang. Seorang lelaki berusia 40 tahun tengah melakukan tahanut, khalwat, atau uzlah (menyepi) di gua yang hampir tak pernah dijamah manusia. Dialah Sayidina Muhammad lelaki yang kelak menjadi pemimpin besar sebagian umat manusia.

Di tengah keheningan itu, tiba-tiba muncul kilauan cahaya memasuki gua, mendekati Muhammad. Perlahan kilauan itu menjelma Jadi sosok manusia yang belum pernah dikenalnya, yang  kemudian menyuruhnya membaca. 
“Bacalah!” katanya.
Dengan gemetar Muhammad menggeleng,”Aku tidak bisa membaca”
Sosok sangat berwibawa itu lalu mendekap Muhammad, yang menggigil ketakutan.Setelah melepaskannya, kembali sosok tersebut menyuruh Muhammad membaca, dan sekali lagi ia menggeleng. Hal itu berulang Sampai 3 kali.

Karena takut kembali didekap, Muhammadpun bertanya "Apa yang harus saya baca?"
Maka sosok yang tiada lain adalah Malaikat itu lalu menuntun Muhammad membaca,"Bacalah! Dengan menyebut nama yang telah mencipta. Dia ciptakan dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang telah Mengajar dengan kalam, yang mengajar apa yang tidak diketahuinya.
"Peristiwa itu pun kemudian melekat di benak setiap kaum muslimin sebagai kronologi  bersejarah turunnya wahyu Allah SWT yang pertama, yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5, satu dari 114 surah Al-Quran.

Sebagian besar ulama yakin, wahyu pertama turun pada 17 Ramadan, saat Rasulullah SAW tengah bertahanut di Gua Hira. Tanggal 17 Ramadan adalah juga tanggal pecahnya Perang Badr, beberapa tahun setelah peristiwa di gua Hira tersebut. Para mufasir (ahli tafsir) Al-Quran mendasarkan hal itu pada ayat 41 surah Al-Anfal, "… jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqan (pembeda yang hak dari batil), yaitu hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

"Namun menurut sebagian Ayat Al-Quran turun pada  Laylatul Qodar (malam penentuan), yang diperkirakan jatuh pada 10 hari terakhir bulan Ramadan.
Misalnya ayat 1 surah Al-Qadr, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatulkadar." Juga ayat 185 surah Al-Baqarah, "Bulan Ramadan (ialah) bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk Itu, serta pembeda antara yang hak dan yang batil." Selain itu juga ayat 3 surah Ad-Dukhan, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam yang diberkahi." Tapi di sisi lain, sejarah justru mencatat, Rasulullah SAW menerima wahyu Al-Quran bagian demi bagian sepanjang 22 tahun dua bulan 22 hari. Mengapa demikian? 

LAUHUL MAHFUZH

Meskipun Al-Quran diimani sebagai kalamullah, firman Allah, kajian mengenai keberadaannya sejak dari sumbernya pun telah membuahkan beda pendapat. Para ulama Ahlusunah meyakini, semua firman Allah sama-sama kadim ("maha-dahulu") dengan Allah. Sebab, kalam tentulah tak terplsahkan dari Sang Mutakalim, yang mengucapkannya. Sementara kalangan Mu'tazilah berpendapat sebaliknya. Al-Quran adalah "makhluk", yang tentu bersifat hadits atau huduts (baru), sebagaimana makhluk Allah lainnya. 
Proses penurunan wahyu itu melalui berbagai cara. Kepada malaikat, misalnya, Allah selalu berbicara langsung dengan bahasa yang hanya dipahami oleh mereka. Hal itu dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Nawas bin Sam'an, yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila Allah hendak mewahyukan suatu urusan, Dia pun berblcara melalul wahyu. Maka langit pun berguncang dengan dahsyat, karena takut kepada Allah SWT. Apabila penghuni langit mendengarnya, jatuh bersujudlah mereka. Yang pertama mengangkat wajah adalah Jibril, maka Allahpun berbicara kepadanya menurut cara yang dikehendaki-Nya. Kemudian Jibril berjalan melintasi para malalkat. Setiap kali melewati satu langit, malalkat penjaga langit bertanya, 'Apa yang telah dikatakan oleh Tuhan kita, wahai Jibril?' Jibril menjawab, 'Dia mengatakan yang hak, dan Dialah Zat Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.' Para malaikat itu pun lalu menirukan yang diucapkan Jibril…" 
Al-Quran juga diyakini tercatat di suatu tempaf di arsy (takhta) Allah yang disebut Lauhul Mahfuzh. Proses perjalanan wahyu dari Lauhul Mahfuzh sampai ke Rasulullah juga tak lepas dari beda pendapat. Setelah melalui polemik cukup panjang, ulama Ahlu-sunah terbagi dalam tiga mazhab besar. Mazhab pertama bersandar pada pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama yang menjadi pegangan mayoritas ulama saat ini. Menurut mazhab ini, yang dimaksud dengan turunnya Al-Quran dalam ketiga ayat tadi iaiah turunnya seluruh ayat Al-Quran sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke BaituI Izzah di langit dunia, ketika para malaikat terkagum-kagum menyaksikan kebesaran peristiwa tersebut. 
Setelah itu barulah Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah SAW secara berangsur-angsur selama 22 tahun dua bulan 22 hari berdasarkan berbagai peristiwa dan kejadian sejak Rasulullah diutus sebagai rasul hingga wafat. Pendapat ini didasarkan pada beberapa hadis sahih. Antara lain, riwayat Ibn Abbas, yang menyatakan, "Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada Lailatulkadar, kemudian diturunkan selama 22 tahun." Lalu la membacakan ayat 33 surah Al-Furqan, 'Tidakkah orang-orang kafir itu datang kepadamu dengan sesuatu yang ganjil, sedangkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan paling balk penjelasannya." 
Dalam riwayat yang lain, Ibnu Abbas berkata, "Al-Quran itu dipisahkan dari az-Zikr, lalu diletakkan di BaituI Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi SAW." Kata Ibn Abas lagi, "Al-Quran diturunkan pada Lailatulkadar di bulan Ramadan ke langit dunia sekaligus, lalu diturunkan secara berangsur-angsur." 

LEWAT MIMPI

Mazhab kedua berdasarkan riwayat Asy-Sya’bi Menurut mazhab ini, turunnya Al-Quran sebagaimana disebutkan dalam tiga ayat tersebut merupakan permulaan turunnya Al-Quran pada Rasulullah SAW. Dimulai pada Lailatulkadar di bulan Ramadan, kemudian turun bertahap sesuai dengan kejadian atau peristiwa yang dialami atau terjadi di masa hidup Rasulullah SAW selama kurang lebih 23 tahun. Jadi, menurut mazhab ini, Al-Quran diturunkan dengan satu cara, yaitu secara bertahap kepada Rasulullah SAW. Mereka menyandarkan pendapatnya kepada ayat 106 surah Al-lsra, "Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan secara berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia, dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." 
Menurut ulama tafsir mula-mula RASULULLAH SAW diberi oleh Allah SWT lewat mimpi di bulan Rabi’ulawal, bulan kelahirannya.Mimpi itu berlangsung terus selama 6 bulan sampai kemudian beliau mendapat wahyu dalam keadaan sadar, terjaga,pada bulan Ramadhan dengan surah AI-'Alaq. Madzhab kedua ini juga bersandar pada dalil-dalil shohih Dan tidak bertentangan dengan madzhab pertama.
Pendapat Madzhab ketiga lain lagi. Menurut madzhab ini, Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia selama 23 tahun pada setiap datangnya Laylatul Qodar, selama masa kenabian Rasulullah SAW. Pada setiap Laylatul Qodar tahunnya setiap tahunnya, diturunkan ayat-ayat yang telah ditentukan oleh Allah di sepanjang tahun tersebut. Baru kemudian wahyu untuk satu tahun itu diturunkan berangsur-angsur oleh JIbril kepada Rasulullah sepanjang tahun. Mazhab ini adalah hasil ijtihad sebagian mufasir, tidak mempunyai dalil.
 
Namun pada akhirnya pendapat yang unggul ialah diturunkan dalam dua piode.Pertama diturunkan sekaligus pada laylatur qodar dari Lauhul Mahfuzh di arsy ke Baitul Izzah di langit dunia. Kedua, Al-Quran diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama lebih kurang 23 tahun.

Al-Qurtubi seorang ulama mufasir yang termasyur menukil riwayat ijma'(kesepakatan) ulama dari Muqatil bin Hayyan bahwa Alturunnya Al-Quran itu sekaligus, dari Lauhul Mahfuzh ke BaituI Izzah di langit dunia. Sementara Ibn Abbas sendiri memandang, tidak ada pertentangan antara ketiga ayat yang berkenaan dengan turunnya Al-Quran tersebut dengan realitas sejarah kehidupan Rasulullah SAW, bahwa Al-Quran turun selama lebih kurang 23 tahun, dan bukan hanya di bulan Ramadan.

Para ulama ahli tafsir mengisyaratkan hikmah sistem penurunan Al-Quran tersebut. As-Suyuti misalnya, berpendapat, "Rahasia diturunkannya Al-Quran sekaligus ke langit dunia iaiah untuk memuliakan kitab suci tersebut dan orang yang menerimanya. Yaitu dengan memberitahukan kepada penghuni tujuh langit dan bumi bahwa Al-Quran adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir dan umat yang paling mulia. Kitab itu telah berada di ambang pintu dan akan segera diturunkan kepada mereka."

AGAMA SAMAWI

Seandainya tidak ada hikmah llahi yang menghendaki disampaikannya Al-Quran secara bertahap sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi, As-Suyuthi melanjutkan, tentulah la diturunkan ke bumi sekaligus seperti halnya kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Untuk memperkuat pendapatnya, la mengutip ayat 192-195 surah Asy-Syu'ara, "Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan Semesta Alam; dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas."

Proses turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur itu memang suatu keistlmewaan, karena kitab-kitab agama samawi seiaelumnya, seperti Taurat (untuk Nabi Musa), Injil (untuk Nabi Isa), dan Zabur (untuk Nabi Dawud), turun sekaligus. Dalam Al-Quran surah Al-Furqan ayat 32, Allah SWT berfirman, "Berkatalah orang-orang kafir, 'Mengapa Al-Quran Itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?' Demikianlah, supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (jelas)." Sementara turunnya Al-Quran di bulan Ramadan juga menguatkan autentisitasnya sebagai firman Allah SWT. Karena di bulan Ramadanlah diturunkannya semua kitab suci agama samawi. Menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imran dari Qatadah, Nabi SAW bersabda, "Shuhuf (lembaran-lembaran wahyu) Ibrahim diturunkan Allah pada awal malam bulan Ramadan, Taurat diturunkan Allah pada pertengahan bulan Ramadan, Injil diturunkan Allah pada tanggal 13 bulan Ramadan, Zabur diturunkan Allah pada tanggal 18 bulan Ramadan, dan Al-Quran diturunkan Allah pada tanggal 24 bulan Ramadan."Yang dimaksud turunnya Al-Quran pada tanggal 24 bulan Ramadan iaiah turun dari Lauhul Mahfuzh di arsy ke BaituI Izzah di langit pertama. Sedangkan turunnya wahyu kepada Rasululah SAW melalui Jibrll di Gua Hira terjadi pada 17 Ramadan. Diawali dengan lima ayat pertama surah Al-Alaq dan seterusnya, diturunkan berangsur-angsur selama 22 tahun dua bulan 22 hari, sampai tanggal 9 Zulhijah, tiga bulan sebelum Rasulullah SAW wafat.

Ditinjau dari periode turunnya, Al-Quran terbagi dua. Surah Makiyah, yaitu ayat-ayat yang diturunkan di Mekah sebelum Nabi berhijrah ke Medinah. Jumlahnya meliputi 19/30 dari seluruh kandungan Al-Quran, terdiri dari 86 surah atau 4.780 ayat. Surah-surah Makiyah itu umumnya pendek-pendek, dan  "banyak didahului dengan kata-kata "Ya ayyuhan nasi' (Wahai manusia), dan berkaitan dengan iman, akhlak, ancaman dan pahala, serta kisah-kisah umat terdahulu yang mengandung hikmah keteladanan.

GEMERINCING LONCENG

Bagian kedua lalah surah-surah Madaniyah, yang turun di Medinah, yaitu sesudah Nabi hijrah ke Medinah. Jumlahnya meliputi 11/30 dari kandungan Al-Quran, atau 28 surah atau 1.456 ayat. Surah Madaniyah umumnya panjang-panjang, banyak diawali dengan "Ya, ayyuhal ladzina amanu' (Hai, orang-orang yang beriman), dan berkaitan dengan hukum kemasyarakatan, ketatanegaraan, perang, hubungan internasional, hubungan antar-agama, dan sebagainya. Adapun metode penyampaian Al-Quran oleh Jibril kepada Rasulullah SAW melalui berbagai cara. Antara lain Jibril "memasukkan" wahyu itu secara langsung ke dalam hati Rasulullah tanpa memperlihatkan wujudnya. Beliau tiba-tiba merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya. "Ruhul kudus mewahyukan ke dalam kalbuku…," sabda Rasulullah SAW.

Terkadang Jibril juga menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW sebagai seorang laki-laki yang gagah dan rupawan. la mengucapkan wahyu, kata demi kata, dihadapan Rasulullah SAW, sehingga beliau menghafalnya. Di lain waktu, wahyu yang turun seperti gemerincing lonceng. Cara ini oleh Rasulullah dirasakan paling berat, sampai beliau "mandi" keringat, padahal terkadang terjadi di musim dingin.

Meski hanya serangkaian kalimat, pada hakikatnya wahyu hal yang sangat agung dan berat. Bahkan apabila Nabi Muhammad SAW menerima wahyu ketika ia sedang mengendarai unta, seketika itu juga untanya berhenti dan terduduk, karena merasa sangat berat. Pernah juga Jibril menyampaikan wahyu dengan menampakkan wujud aslinya.

Setiap kali menerima wahyu, Rasulullah SAW kemudian menghafalnya di bawah pengwasan Jibril. Setelah itu Rasulullah membacakannya di hadapan para sahabat dan memerintahkan mereka untuk menghafalnya. Rasulullah juga memerintahkan sahabat yang pandai baca tulis untuk mencatat wahyu tersebut di pelepah kurma, lempsengan batu, kepingan tulang unta, dengan sangat hati-hati. Di Medinah, Rasulullah memiliki beberapa juru tulis wahyu. Yang paling terkenal Zaid bin Tsabit, dan belakangan Muawiyah bin Abi Sufyan.
Untuk menjaga kemurnian Al-Quran, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Bukhari dan Muslim, setiap tahun Jibril mendatangi Rasulullah SAW untuk memeriksa dan hafalan beliau. Jibril menyuruh mengulangi bacaan seluruh ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi sendiri juga melakukan hal yang sama, mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan Demikian terpeliharalah Al-Quran dari segala kesalahan atau kekeliruan.

Al-Quran, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah mukjizat yang tiada tanding. Ditinjau dari keindahan kalimatnya, ia memiliki ketinggian nilai sastra yang tiada tara Kandungan isinya pun sangat beragam, mencakup seluruh aspek kehidupan dan ilmu pengetahuan, baik fisik maupun metafisika. Tak seorang pun yang dapat membuat kitab yang menyamai atau menandingi Al-Quran, sebagaimana firman Allah dalam surah Bani Israil ayat 88, "Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat (kitab) serupa Al-Quran, niscaya mereka tidak akan dapat membuatnya, biarpun sebagian dari mereka membantu sebagian (yang lain)."

Saturday, June 25, 2016

Keutamaan Bulan Ramadhan dan Puasa Ramadhan

Keutamaan Bulan Ramadhan dan Puasa Ramadhan

Pada pembahasan kali ini, kita akan mengkaji bersama mengenai keutamaan Ramadhan dan puasa di dalamnya. Semoga Allah selalu memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih  sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al-Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah [2] : 185)

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan,”(Dalam ayat ini) Allah ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ‘alaihimus salam.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah)

Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Muslim)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyaknya amal saleh dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudian dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan selain Ramadhan.” (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 4, Wazarotul Suunil Islamiyyah)

Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan

Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah -yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.
Allah ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ – وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ – لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr [97] : 1-3)

Dan Allah ta’ala juga berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3)

Ibnu Abbas, Qotadah dan  Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam lailatul qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al Alusi)

Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Doa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar sebagaimana dalam Mujma’ul Zawaid dan Al Haytsami mengatakan periwayatnya tsiqoh/terpercaya. Lihat Jami’ul Ahadits, Imam Suyuthi)

Keutamaan Puasa

1. Puasa adalah Perisai

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’)

2. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pahala yang Tak Terhingga
3. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Dua Kebahagiaan
4. Bau Mulut Orang yang Bepuasa Lebih Harum di Hadapan Allah daripada Bau Misik/Kasturi

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ . وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ . وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

“Allah berfirman,’Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah,’Saya sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau misk/kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya’. “ (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Puasa akan Memberikan Syafaat bagi Orang yang Menjalankannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’. Dan Al-Qur’an pula berkata,’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, periwayatnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Al Haytsami dalam Mujma’ul Zawaid)

6. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Bagi Orang yang Berpuasa akan Disediakan Ar Rayyan

Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama  Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga pembahasan di atas dapat mendorong kita agar lebih bersemangat untuk mendapatkan keutamaan berpuasa di bulan Ramadhan dengan cara menghiasi hari-hari di bulan yang penuh berkah tersebut dengan amal saleh yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang mulia.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Maroji’: Shifat Shaum Nabi fi Ramadhan, Syaikh Salim Al Hilali & Syaikh Ali Hasan Al Halabi dengan sedikit tambahan
***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Muroja’ah: Ustadz Abu Sa’ad
Artikel www.muslim.or.id

Tuesday, June 21, 2016

Remaja Masjid Dan Pembinaanya


MASA REMAJA
Kalau kita berbicara tentang remaja, mungkin akan terbayang dalam benak kita tentang anak-anak manusia yang berada dalam masa-masa menyenangkan, ceria, penuh canda, semangat, gejolak keingintahuan, pencarian identitas diri dan emosi. Remaja adalah anak manusia yang sedang tumbuh selepas masa anak-anak menjelang dewasa.
Dalam masa ini tubuhnya berkembang sedemikian pesat dan terjadi perubahan-perubahan dalam wujud fisik dan psikis. Badannya tumbuh berkembang menunjukkan tanda-tanda orang dewasa, perilaku sosialnya berubah semakin menyadari keberadaan dirinya, ingin diakui, dan berkembang pemikiran maupun wawasannya secara lebih luas. Mungkin kalau kita perkirakan umur remaja berkisar antara 13 tahun sampai dengan 25 tahun. Pembatasan umur ini tidak mutlak, dan masih bisa diperdebatkan.
Masa remaja adalah saat-saat pembentukan pribadi, dimana lingkungan sangat berperan. Kalau kita perhatikan ada empat faktor lingkungan yang mempengaruhi remaja, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, teman pergaulan dan dunia luar. Lingkungan yang dibutuhkan oleh remaja adalah lingkungan yang islami, yang mendukung perkembangan imaji mereka secara positif dan menuntun mereka pada kepribadian yang benar. Lingkungan yang islami akan memberi kemudahan dalam pembinaan remaja.
PEMBINAAN REMAJA MELALUI MASJID
Pembinaan remaja dalam Islam bertujuan agar remaja tersebut menjadi anak yang shalih; yaitu anak yang baik, beriman, berilmu, berketerampilan dan berakhlak mulia. Anak yang shalih adalah dambaan setiap orangtua muslim yang taat. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Apabila anak Adam mati, maka semua amalnya terputus, kecuali tiga: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakannya. (HR. Muslim).
Untuk membina remaja bisa dilakukan dengan berbagai cara dan sarana, salah satunya melalui Remaja Masjid. Yaitu suatu organisasi atau wadah perkumpulan remaja muslim yang menggunakan Masjid sebagai pusat aktivitas. Remaja Masjid merupakan salah satu alternatif pembinaan remaja yang terbaik. Melalui organisasi ini, mereka memperoleh lingkungan yang islami serta dapat mengembangkan kreatitivitas.
Remaja Masjid membina para anggotanya agar beriman, berilmu dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk mencapai keridlaan-Nya. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka program yang selanjunya ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas. Remaja Masjid yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan terencana. Mereka menyusun Program Kerja periodik dan melakukan berbagai aktivitas yang berorientasi pada: keislaman, kemasjidan, keremajaan, keterampilan dan Keilmuan.
Mereka juga melakukan pembidangan kerja berdasarkan kebutuhan organisasi, agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Beberapa bidang kerja dibentuk untuk mewadahi fungsi-fungsi organisasi yang disesuaikan dengan Program Kerja dan aktivitas yang akan diselenggarakan, di antaranya:
1. Administrasi dan Kesekretariatan.
2. Keuangan.
3. Pembinaan Anggota.
4. Perpustakaan dan Informasi.
5. Kesejahteraan Umat.
6. Kewanitaan.
KUANTITAS DAN KUALITAS ANGGOTA REMAJA MASJID
Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan memerlukan perjuangan yang sungguh-sungguh dengan memanfaatkan segenap sumber daya dan kemampuan. Dalam perjuangan dibutuhkan kesabaran tanpa batas, hanya bentuknya saja yang mengalami perubahan.
Perjuangan yang dilakukan Remaja Masjid adalah dalam kerangka da’wah islamiyah, yaitu perjuangan untuk menyeru umat manusia kepada kebenaran yang datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala. Ada pertarungan antara yang haq dengan yang bathil. Dimana telah diketahui bahwa kebenaran, insya Allah, akan mampu mengalahkan kebathilan. Namun perlu diingat, bahwa di dunia ini kebathilan yang terorganisir juga memiliki peluang untuk dapat mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir. Karena itu, dalam perjuangan melawan kebathilan perlu persiapan yang sungguh-sungguh dan tertata dengan rapi, seperti bunyanun marshush .
Untuk membentuk bangunan yang tersusun kokoh (bunyanun marshush) diperlukan organisasi dan management yang tangguh serta didukung sumber daya manusia (SDM) yang mencukupi dan berkualitas. Perekrutan (recruitment) dan kaderisasi anggota sangat diperlukaan oleh Remaja Masjid dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas anggotanya. Hal ini dilakukan untuk menjamin kelangsungan aktivitas dan misi organisasi dalam menda’wahkan Islam. Bertambahnya anggota akan menambah semangat dan tenaga baru, sedang tersedianya kader-kader yang berkualitas akan mendukung suksesnya estafet kepemimpinan organisasi.
Remaja muslim adalah unsur utama organisasi Remaja Masjid Keberadaan dan keterlibatan mereka dalam organisasi dapat dibedakan sebagai kader, aktivis, partisipan dan simpatisan. Pengurus perlu meningkatkan kuantitas dengan melakukan:
a.Melakukan pendaftaran (regristerasi) anggota.
b.Mendaftar remaja muslim warga baru.
c.Melakukan penyadaran kepada remaja muslim yang belum menjadi anggota, agar mereka mau bergabung dalam wadah bersama.
Peningkatan kualitas yang dilakukan adalah untuk meningkatkan keimanan, keilmuan dan amal shalih mereka. Hal itu dilakukan dengan melakukan proses kaderisasi yang dilakukan secara serius, sistimatis dan berkelanjutan, melalui jalur: pelatihaan, kepengurusan, kepanitiaan dan aktivitas . Dalam proses perkaderan dilakukan upaya-upaya penanaman nilai-nilai, akhlaq, intelektualitas, profesionalisme, moralitas dan integritas Islam. Sehingga diperoleh kader ideal Remaja Masjid yang memiliki profil : remaja muslim yang beriman, berilmu dan berakhlaq mulia yang mampu beramal shalih secara profesional serta memiliki fikrah Islam yang komprehensif.
HUBUNGAN ANTARA TA’MIR DAN REMAJA MASJID
Ta’mir Masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan yang ada kaitannya dengan Masjid, baik dalam membangun, merawat maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan remaja muslim di sekitar Masjid. Pengurus Ta’mir Masjid harus berupaya untuk membentuk Ramaja Masjid sebagai wadah aktivitas bagi remaja muslim. Dengan adanya Remaja Masjid tugas pembinaan remaja muslim akan menjadi lebih ringan. Pengurus Ta’mir Masjid, melalui Bidang Pembinaan Remaja Masjid, tinggal memberi kesempatan dan arahan kepada Remaja Masjid untuk tumbuh dan berkembang, serta mampu beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Remaja Masjid merupakan anak organisasi (underbouw) Ta’mir Masjid, karena itu, dalam aktivitasnya perlu menyelaraskan dengan aktivitas Ta’mir Masjid, sehingga terjadi sinergi yang saling menguatkan. Meskipun demikian, Remaja Masjid adalah organisasi otonom yang relatif independen dalam membina anggotanya. Remaja Masjid dapat menyusun program, menentukan bagan dan struktur organisasi serta memilih pengurusnya sendiri. Karena itu, para aktivisnya memiliki kesempatan untuk berkreasi, mengembangkan potensi dan kemampuannya serta beraktivitas secara mandiri.
SIKAP DAN PERILAKU AKTIVIS REMAJA MASJID
Sebagai generasi muda muslim pewaris Masjid, aktivis Remaja Masjid seharusnya mencerminkan muslim yang memiliki keterikatan dengan tempat beribadah umat Islam tersebut. Sikap dan perilakunya islami, sopan-santun dan menunjukkan budi pekerti yang mulia (akhlaqul karimah). Pemikiran, langkah dan tindak-tanduknya dinafasi oleh nilai-nilai Islam. Mereka berkarya dan berjuang untuk menegakkan kalimat Allah dalam rangka beribadah mencari keridlaan-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala menjadi tujuannya, dan Rasulullah menjadi contoh tauladan dan sekaligus idolanya. Gerak dan aktivitasnya berada dalam siklus: beriman, berilmu, beramal shalih dan ber’amar ma’ruf nahi munkar, menuju kesuksesan dan kebahagiaan fid dunya wal akhirah.
Beberapa sikap dan perilaku praktis yang perlu diperhatikan aktivis Remaja Masjid berkaitan dengan aktivitasnya di Masjid, antara lain adalah:
1.Menyadari sebagai pemakmur Masjid.
2.Mengamalkan adab sopan santun di Masjid.
3.Rajin melaksanakan shalat berjama’ah di Masjid.
4.Berpakaian yang islami.
5.Menjaga pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
6.Mengembangkan kepribadian yang menarik.
7.Rajin menuntut ilmu.
8.Berusaha terlibat dalam kepengurusan Remaja Masjid.
JENIS-JENIS AKTIVITAS REMAJA MASJID
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Remaja Masjid adalah organisasi yang menghimpun remaja muslim yang aktif datang dan beribadah shalat berjama’ah di Masjid. Karena keterikatannya dengan Masjid, maka peran utamanya tidak lain adalah memakmurkan Masjid. Ini berarti, kegiatan yang berorientasi pada Masjid selalu menjadi program utama. Di dalam melaksanakan perannya, Remaja Masjid meletakkan prioritas pada kegiatan-kegiatan peningkatan keislaman, keilmuan dan keterampilan anggotanya.
Aktivitas Remaja Masjid yang baik adalah yang dilakukan secara terencana, kontinyu dan bijaksana; disamping itu juga memerlukan strategi, metode, taktik dan teknik yang tepat. Untuk sampai pada aktivitas yang baik tersebut, pada masa sekarang diperlukan pemahaman organisasi dan management yang baik pula. Adapun jenis-jenis aktivitas Remaja Masjid adalah:
1. Berpartisipasi dalam memakmurkan Masjid.
2. Melakukan pembinaan remaja muslim.
3. Menyelenggarakan proses kaderisasi umat.
4. Memberi dukungan pada penyelenggaraan aktivitas Ta’mir Masjid.
5. Melaksanakan aktivitas da’wah dan sosial.
MENGATASI KONFLIK INTERNAL REMAJA MASJID
Konflik internal yang disebabkan adanya perbedaan ide, persepsi ataupun motivasi dapat saja terjadi dalam setiap organisasi, tidak terkecuali pada organisasi Remaja Masjid. Perbedaan pendapat memang sesuatu yang biasa dalam berorganisasi. Dalam batas-batas tertentu kadang diperlukan, terutama untuk mendapatkan pembanding atau alternatif dalam pengambilan keputusan (decision making). Namun, perbedaan pendapat yang tidak terkendali dapat menyebabkan perpecahan yang mengganggu aktivitas, karena dapat mengakibatkan terjadinya perselisihan (konflik) di antara Pengurus Remaja Masjid maupun dengan anggotanya.
Untuk menghindari terjadinya konflik internal dalam Remaja Masjid bisa dilakukan dengan memupuk ukhuwah islamiyah (persaudaraan berdasarkan keyakinan yang sama terhadap Islam). Rasa bersaudara sesama muslim harus melembaga dan menafasi kehidupan organisasi Remaja Masjid, sehingga para anggota dapat merasakannya.
Disamping pemupukan rasa ukhuwah islamiyyah, secara teknis juga perlu adanya aturan main dalam berorganisasi. Aturan main utama dan paling penting adalah adanya ketaatan pada pemimpin serta kesadaran mau kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, artinya menggunakan Al Quraan dan As Sunnah sebagai tempat ruju’.
Selanjutnya, dibuat aturan-aturan teknis yang mengatur kehidupan berorganisasi secara bersama, yaitu: Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Pedoman-pedoman Organisasi yang lainnya. Selain aturan formal tersebut, dalam kegiatan sehari-hari dikembangkan sikap toleran dalam berdiskusi, saling menghargai pendapat orang lain meskipun itu berbeda. Juga perlu dikembangkan teknik bermusyawarah yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Seandainya konflik itu tetap terjadi, maka perlu diupayakan adanya perdamaian (ishlah) antara masing-masing pihak yang berselisih. Upaya pengishlahan ini dapat dilakukan baik secara internal organisasi Remaja Masjid maupun dengan bantuan Ta’mir Masjid.
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS 49: 10, Al Hujuraat)
JARINGAN ORGANISASI REMAJA MASJID
Remaja Masjid biasanya menghimpun para remaja muslim yang berdomisili di sekitar Masjid. Banyak Masjid yang mendirikan organisasi ini sebagai wadah aktivitas generasi muda, sehingga muncullah ribuan organisasi Remaja Masjid. Ini adalah potensi yang sangat besar dalam menggapai Kebangkitan Islam (the revival of Islam) di abad ke-15 Hijriyyah yang telah dicanangkan umat Islam dalam KTT Islam pertama di Rabbat, Marokko, tahun 1969.
Untuk mendayagunakan potensi Remaja Masjid bagi kemaslahatan umat Islam, langkah yang perlu dilakukan di antaranya adalah dengan meningkatkan peran sosialnya. Peran ini akan dapat optimal apabila mereka dipersatukan dalam suatu asosiasi Remaja Masjid dengan membentuk suatu organisasi gabungan atau asosiasi yang merupakan forum komunikasi, koordinasi dan kerja sama antar Remaja Masjid. Forum ini menyatukan kegiatan-kegiatan Remaja Masjid dalam asosiasinya dengan menyelengarakan aktivitas bersama.
Asosiasi Remaja Masjid bisa dibentuk pada tingkat lokal, regional maupun nasional. Pada tingkat lokal, bisa menghimpun organisasi-organisasi Remaja Masjid lingkup kecamatan maupun tingkat kota / kabupaten, untuk tingkat wilayah merupakan koordinasi dari suatu provinsi, sedang untuk tingkat nasional mengkoordinasikan seluruh Remaja Masjid dalam suatu negara. Struktur organisasinya bisa terdiri dari tingkat kecamatan (Pengurus Cabang), tingkat kota / kabupaten (Pengurus Daerah), tingkat Provinsi (Pengurus Wilayah) dan tingkat nasional (Pengurus Pusat).
Saat ini BKPRMI adalah merupakan asosiasi terbesar dalam menghimpun Remaja Masjid di Indonesia, dengan aktivitas dari tingkat lokal hingga nasional. Sebagai suatu organisasi yang menghimpun pemuda dan remaja Masjid, Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) dapat menjadi suatu alternatif dalam menyatukan organisasi-organisasi Remaja Masjid di Indonesia. Sudah selayaknya organisasi-organisasi Remaja Masjid bergabung dalam BKPRMI, agar da’wah yang diselenggarakan dapat berlangsung efektif dan berdampak luas. Beberapa program seperti pelatihan, bakti sosial, musabaqah tilawatil quraan (MTQ), event perlombaan, seminar, peningkatan keterampilan, perumusan pedoman-pedoman organisasi Remaja Masjid, work shop, temu kader dan lain sebagainya, apabila digarap dengan baik akan memberi dampak positif yang luas bagi kemajuan da’wah islamiyah. (berjamaah.com)