MEDIAHARAPAN.COM – Hasil penelitian internasional, Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 tentang kemampuan membaca siswa juga menyebutkan bahwa kemampuan membaca siswa di Indonesia menduduki urutan ke-69 dari 76 negara yang disurvei. Hasil itu lebih rendah dari Vietnam yang menduduki urutan ke-12 dari total negara yang disurvei. Dan peringkat minat baca Indonesia dalam data World’s Most Literate Nations berada di urutan 60 dari 61 negara. Peringkat tersebut merupakan hasil penelitian dari Central Connecticut State University tahun 2016.
Mengingat survei minat baca yang rendah maka kita harus berbenah diri melihat kondisi seperti ini maka harus dibangun tradiai budaya membaca guna mewujudkan bangsa yang berkarakter kenapa demikian kalau kita melihat kebelakang sebenarnya bangsa kita ini melahirkan orang-orang pintar salah satu presiden BJ. Habibie yang IQ luar biasa lulusan Jerman. Dan sejarah juga mencatat banyak buku dan tulisan dahsyat dari para tokoh tokoh bangsa tempo dulu yang bukunya selalu saya baca seperti bung Karno, bung Hatta dan Tan Malaka serta masih banyak yang lainnya melalui membaca dan menulis itu yang kemudian bisa mengubah nasib bangsa ini. Kita ambil contoh seperti buku “Di Bawah Bendera Revolusi” karangan Soekarno dan Madilog karangan Tan Malaka. Buku-buku ini berisi semua pemikiran brilian sang proklamator dan pahlawan terlupakan (Tan Malaka), terutama pada masa pra-kemerdekaan. Kalau kita lihat sejarah betapa banyak sebenarnya buku yang dilahirkan oleh para tokoh bangsa, dari lahirnya sebuah buku tentu sebelumnya mereka sangat gemar membaca sebuah pemikiran orang lain bahkan dunia. Sangat rugilah bagi kita tidak membudayakan tradisi membaca.
Mengingat survei minat baca yang rendah maka kita harus berbenah diri melihat kondisi seperti ini maka harus dibangun tradiai budaya membaca guna mewujudkan bangsa yang berkarakter kenapa demikian kalau kita melihat kebelakang sebenarnya bangsa kita ini melahirkan orang-orang pintar salah satu presiden BJ. Habibie yang IQ luar biasa lulusan Jerman. Dan sejarah juga mencatat banyak buku dan tulisan dahsyat dari para tokoh tokoh bangsa tempo dulu yang bukunya selalu saya baca seperti bung Karno, bung Hatta dan Tan Malaka serta masih banyak yang lainnya melalui membaca dan menulis itu yang kemudian bisa mengubah nasib bangsa ini. Kita ambil contoh seperti buku “Di Bawah Bendera Revolusi” karangan Soekarno dan Madilog karangan Tan Malaka. Buku-buku ini berisi semua pemikiran brilian sang proklamator dan pahlawan terlupakan (Tan Malaka), terutama pada masa pra-kemerdekaan. Kalau kita lihat sejarah betapa banyak sebenarnya buku yang dilahirkan oleh para tokoh bangsa, dari lahirnya sebuah buku tentu sebelumnya mereka sangat gemar membaca sebuah pemikiran orang lain bahkan dunia. Sangat rugilah bagi kita tidak membudayakan tradisi membaca.
Karena dalam Surat Iqro’ atau surat Al ‘Alaq adalah surat yang pertama kali diturunkan pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan perintah “Iqra! Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.” Iqra, dari kata dasar qara’aataumenghimpun.Inilah wahyu pertama sekaligus kunci dari kehidupan dan peradaban. Membaca bukan sekedar literasi aksara. Membaca adalah menelaah, mendalami, meneliti, dan menyampaikan. Dengan membaca, sebagai perwujudan pelaksanaan perintah Allah swt, kaum muslimin dapat meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga dengannya Allah swt akan meninggikannya beberapa derajat. Allah swt juga telah memerintahkan manusia untuk memperhatikan ciptaan Allah swt dan mempelajarinya hingga bermanfaat bagi kehidupan di dunia.
Namun dewasa ini, bangsa Indonesia banyak sekali para pelajar dan mahasiswa yang apatis dengan kegiatan membaca buku, artikel koran. Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti sudah adanya smartphone yang membuat orang-orang sering mengabadikan foto dirinya dan diupload di media sosial. Budaya Membaca semakin terkikis dengan kecanggihan teknologi saat ini, hal ini juga disebabkan menggunakan kecanggihan teknologi tidak sesuai dengan keinginan kita untuk berpikir positif dengan memanfaatkan teknologi untuk sumber referensi bacaan bukan untuk memenuhi hasrat hiburan saja.
Sangat rugi jika kita kehilangan budaya membaca karena dapat kita asumsikan seseorang yang malas membaca akan minim informasi di gudang memorinya. Sehingga ia akan kesulitan untuk mengembangkan ide-idenya, gagasan, bahan pembicaraan atau pun sekedar bercerita dengan teman. Sudah saatnya kita sadar akan pentingnya membaca untuk bisa membuat kita semakin berpikir kritis menumbuhkan kesadaran efektif. Karena, Budaya membaca merupakan budaya yang berharga dalam pendidikan menuju sistem pendidikan berkarakter di negara ini.
Minat baca pelajar dan mahasiswa kita masih sangat rendah dibandingkan negara-negara lainnya seperti Jepang negeri matahari dunia banyak orang pintar lahir dari Jepang budaya membacanya sangat disiplin. Gemar membaca menjadi salah satu poin yang ada dalam pendidikan karakter yang sedang kita terapkan. Merespon budaya baca yang rendah, langkah pemerintah sudah benar dengan menerapkan kurikulum 2013 mencoba untuk menekankan pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis karena hal ini berguna bagi kehidupan bangsa dan negara. Namun, dengan kurikulum itu masih tidak cukup untuk membuat atau mengubah kebiasaan pelajar kita yang masih sangat rendah minat bacanya yang kemudian berdampak pula pada tingkat intelektual yang rendah pada masyarakat indonesia serta ketertinggalannya Indonesia dengan negara-negara lain. Maka diperlukan kesadaran dari dini dari semua pihak untuk mendorong pemerintah untuk mengatasi budaya membaca yang rendah ini dengan berbagai program yang efektif untuk mewujudkan budaya membaca guna mewujudkan bangsa yang berkarakter.
Dengan mendorong budaya membaca mewujudkan pendidikan berkarakter dapat kita lihat dalam perspektif sosial, pendidikan akan melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam proses perubahan sosial di dalam mobilitas masyarakat. Pendidikan menjadi faktor penting dalam mendorong percepatan mobilitas masyarakat, yang mengarah pada pembentukan formasi sosial baru. Formasi sosial baru ini terdiri atas lapisan masyarakat kelas menengah terdidik, yang menjadi elemen penting dalam meperkuat daya rekat sosial untuk menjadikan bangsa ini menjadi berkarakter dan bangkit dari generasi emas dari tunas tunas muda yang gemar membaca, menulis, berdiskusi.
Bangsa yang membaca adalah bangsa yang terstruktur cara berpikirnya, karena membaca buku fiksi maupun nonfiksi sama-sama menstimulasi kerja otak. Karena strategi dalam pendidikan karakter pada satuan pendidikan dapat dilakukan melalui keteladanan, penanaman kedisiplinan, pembiasaan, menciptakan suasana yang kondusif, interasi dan internalisasi. Karakter yang kuat dalam pendidikan sains religius, jujur, mandiri, disiplin, kreatif, tanggungjawab, kerjakeras, keteladanan.
Bangsa yang menumbuhkan budaya membaca adalah bangsa yang tenang dan kreatif selalu berpikir kritis. Karena membaca membutuhkan ruang tenang untuk mengembangkan apa yang dibaca baik itu di perpustakaan, maupun di taman serta di caffe. Karena pada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks suatu satuan pendidikan atau sekolah secara holistik. Dimana sekolah sebagai leading sector, berupaya memanfaatkan dan memberdayakan begitu pula dengan bangsa yang membaca adalah bangsa yang memiliki kepekaan dan kesadaran. Kesadaran terhadap dirinya, kekuatan dan kelemahannya dan kepekaan terhadap sekelilingnya. Karena hal ini mengacu berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Melalui sistem pendidikan Nasional ini marilah kita terapkan budaya membaca guna mewujudkan bangsa berpendidikan yang memiliki karakter untuk meniti karier menjadi generasi emas bangsa ini.(sumber/mediaharapan.com)
0 comments:
Post a Comment