“Beri aku sepuluh pemuda, maka aku merdekakan negeri ini dari para penjajah” kata Soekarno
Pemuda Sekarang, Pemimpin Hari Esok
Mendefinisikan pemuda (termasuk putra dan putri) bukanlah persoalan sederhana. Definisi klasik yang kita kenal selama ini hanya berkutat pada faktor demografis dimana pemuda dikatakan orang yang berusia antara 17 hingga 30 tahun. Mestinya definisi pemuda tidak terbatas pada aspek demografis namun yang lebih penting adalah pada aspek psikologis. Pemuda adalah siapa saja yang “berjiwa dan berfikiran muda”. Jadi kalau anda baru berusia 20 tahun namun pola fikirnya selalu pro status ‘qou’ maka status kepemudaannya perlu dipertanyakan.
Oleh PBB, khususnya dalam Sidang Kelompok Ahli PBB pada 28- 30 Maret 2006 di Bangkok, diidentifikasikan 5 tantangan pokok/permasalahan dalam pembangunan kepemudaan, yakni kelaparan dan kemiskinan, urbanisasi, pendidikan, informasi dan teknologi komunikasi. Dengan realitas masalah kepemudaan tersebut tentu saja membutuhkan perhatian yang cukup serius dari semua pihak khususnya pemerintah.
Selama ini, pemuda yang merupakan bagian utuh dalam kategori sosial, ekonomi, politik, dan makhluk berbudaya telah gagal dikelola para pemimpin negeri ini menjadi sebuah generasi bangsa yang prima dan memiliki kepastian masa depan. Berbagai kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada upaya pembinaan dan pemberdayaan pemuda melahirkan generasi yang terbelah, generasi koruptor, generasi narkoba, generasi free sex, generasi borjuasi baru, generasi konsumerisme, dan generasi yang malas. Disisi lain arus budaya asing akibat dari pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi tidak bisa dihindari, sementara ’imunitas’ para pemuda dari serbuan budaya asing sangat lemah. Dengan demikian tingkat kemajuan, kesiapan dan daya saing generasi muda bangsa ini jauh tertinggal dengan generasi muda bangsa-bangsa lain.
Sehingga memerlukan langkah-langkah pemberdayaan baik yang menyangkut pengorganisasiannya maupun yang menyangkut produktivitasnya. Posisi pemuda yang paling ideal adalah selalu menjadi “avant garde” garda terdepan dari perubahan.
Kita bisa mengambil banyak contoh orang-orang terkenal pada level dunia yang daya juang dan daya fikirnya cukup menakjubkan. Seorang bernama Bill Gates menjadi milyader dunia dan kampiun di bidang komputer melalui jaringan Microsoftnya hanya dari sebuah garasi sederhana di pojok pelosok USA dan rela drop out dari Harvard University. Teladan lain diberikan Mantan PM Norway Jens Stoltenberg yang baru saja lengser (kini menjadi pemimpin parlemen), menduduki tahta perdana menteri pada usia 35 tahun. Merekalah orang-orang muda yang menjadi tokoh pada zamannya. Pada bangsa kita banyak sekali teladan dari pemimpin nasional, Soekarno mendirikan PNI pada tahun 1921 pada usia yang belum genap 20 tahun, dan Dr. Sam Ratulangi merebut gelar doktornya di Belanda sebagai doktor termuda.
“Pemuda Tiang Negara, Pemudi Harapan Bangsa”, istilah yang sudah sinonim dan menjadi klise di dalam masyarakat kita. Tidak dinafikan sepanjang babak sejarah pembangunan dan kebangkitan suatu bangsa biasa dimulai dengan semangat kepemudaan. Dalam sejarah bangsa, pemuda senantiasa mengambil peranan sebagai agen perubah. Pada era penjajahan, generasi muda dari pelbagai daerah di Nusantara telah menyemai bibit persatuan dan kesatuan dalam bingkai “Sumpah Pemuda” (1928 – Indonesia).
Pada tahun 1966 generasi muda-lah yang telah mempelopori peralihan kekuasaan dari Order Lama ke Order Baru. Mereka juga telah membentuk arus reformasi meluruskan perjalanan bangsa lewat “Gerakan Reformasi 1998”.
Fakta di atas menunjukkan bahwa peran pemuda menempati posisi yang strategis. Semua bangsa di berbagai belahan dunia mengakui semangat pemuda merupakan sumber daya bangsa yang mampu menciptakan hal-hal luar biasa termasuk faktor perubahan yang fundamental. yang harus dilakukan oleh bangsa demi kemajuan dan kejayaan pada masa depan ialah memberdayakan generasi muda.
Sahabat Nabi, Umar r.a. pernah mengungkapkan: “Barang siapa ingin menggenggam nasib suatu bangsa, maka genggamlah para pemudanya”. Siapa yang memiliki pemuda, maka ia akan menguasai masa depan hingga kata-kata “Pemuda Tiang Negara, Pemudi Harapan Bangsa” bukan hanya mitos dan retorik belaka. Sesungguhnya di tangan pemuda terletak nasib umat dan di dalam kepemimpinan mereka terletak survival ( keberlangsungan ) bangsa.
Bapak Proklamator Soekarno juga pernah mengatakan yang dibutuhkan negara ini adalah pemuda yang tangguh dan trengginas, dengan 10 pemuda saja maka akan digoncangkan dunia dan akan dipindahkannya gunung Mahameru. Secara metaforis, ungkapan ini rasanya mewakili betapa krusial dan starategisnya aspek generasi muda.
Sewajarnya agenda membina pemuda sebagai pilar pembangunan bangsa dalam mengatasi persoalan sosial dan moral menjadikan mereka bersikap mandiri dan berdaya guna serta memprioritaskan untuk mempersiapkan pemuda sebagai calon pemimpin bangsa di tingkatan lokal maupun nasional.
Beberapa kegiatan pokok yang harus dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemberdayaan pemuda dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang yaitu, bidang keagamaan dan sosial budaya, pemberdayaan ekonomi, serta kesejahteraan sosial.
Pertama, bidang keagamaan dan sosial budaya. Dalam hal ini memberikan pendidikan nilai-nilai moral dan etika , meningkatkan peran pemuda dalam kegiatan sosial keagamaan dan sosial kemasyarakatan di semua tingkatan dan melakukan pembinaan wawasan kebangsaan, meningkatkan rasa kesetiakawanan dan kepedulian sosial dan menanamkan nilai-nilai kepemimpinan kepada para pemuda yang ada di sekolah dan kampus, organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan. Hal ini penting agar para pemuda memiliki moralitas dan etika yang baik, memiliki nilai-nilai kepemimpinan dan mempunyai wawasan kebangsaan yang mendalam, serta menjauhkan para pemuda dari pengaruh-pengaruh destruktif terutama penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat aditif lainnya.
Kedua, Dalam bidang pemberdayaan ekonomi, pemerintah memerlukan terobosan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi domestiknya. Dan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kegiatan usaha masyarakat melalui penciptaan wirausahawan baru terutama wirausaha muda dengan membentuk Sentra Kewirausahaan Pemuda (SKP). Sentra ini berorientasi pada pemuda yang mempunyai misi untuk berkarya dan berkreasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir, menguasai iptek, memiliki keterampilan dan juga dapat meningkatkan produktivitas para pemuda. Dengan demikian melalui kegiatan SKP ini diharapkan dapat membentuk, meningkatkan, mengembangkan kuantitas, dan kualitas para wirausahawan muda. Kewirausahaan di sini hendaknya jangan dipahami hanya sekedar kemampuan membuka usaha sendiri. Namun lebih dari itu, kewirausahaan haruslah dimaknai sebagai momentum untuk mengubah mentalitas, pola pikir dan perubahan sosial budaya.
Ketiga, bidang kesejahteraan sosial, yaitu dimana para pemuda memiliki hak untuk mendapatkan berbagai fasilitas hidup meliputi ; pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Kelompok pemuda usia sekolah membutuhkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Sedangkan kelompok lulusan pendidikan membutuhkan lapangan pekerjaan dan media untuk mengoptimalisasikan potensi yang dimiliki. Belum lagi dengan kebutuhan untuk mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan, jaminan sosial masa depan, serta mendapatkan kemudahan dalam mengakses fasilitas dan pelayanan publik lainnya.
Mengingat posisi pemuda yang sangat strategis sebagai sumber daya insani pembangunan dan calon-calon pemimpin masa depan. Maka, memberikan perhatian yang khusus kepada para pemuda adalah sebuah kemestian. Jika kita semua abai dan lalai terhadap persoalan kepemudaan yang kini kian memprihatinkan dari segala aspeknya. Fenomena Pengangguran, krisis mental, dekadensi moral, krisis eksistensi, budaya permisif dan pragmatisme, kemalasan serta minimnya aspek kepemimpinan dikalangan pemuda akan tetap menyelimuti bangsa ini.
Sudah tiba saatnya negara memberikan perhatian khusus kepada pemuda untuk menghadapi kerasnya peradaban di era mendatang. Bangsa yang melalaikan potensi kepemudaannya akan segera menerima kehancuran. Sehingga Cukup sejarah peradaban dunia menjadi saksi, betapa bangsa-bangsa besar akhirnya runtuh akibat rendahnya kualitas generasi muda mereka. Sudah menjadi aksioma sejarah, bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok ( masa depan )/
sumber,fb
Lembaga Dakwah Kampus Fikroh IAIDU Asahan - Kisaran
0 comments:
Post a Comment