This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday, April 15, 2017

Pentingnya memahami ilmu Nahwu dan Shorof

Mempelajari teks-teks yang berbahasa Arab melalui terjemahan memang menjadi tren disaat ini. Akan tetapi keberadaan kitab-kitab terjemahan belum banyak membantu secara signifikan, karena kitab-kitab terjemahan tidak mungkin selamat dari subjektifitas dan intervensi penerjemah.
Terjemahan pada umumnya memakai metode terjemah Tafsiriyah, sehingga selalu terdapat intevensi dan interpretasi penerjemah yang dibatasi oleh Fusion Horizon-nya, belum lagi masalah keterbatasan kosakata dari bahasa kedua (bahasa tujuan dari bahasa arab)
Selain itu, kitab-kitab terjemahan juga jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan karya-karya Ulama yang belum diterjemahkan. Sehingga tetap diperlukan penguasaan ilmu Nahwu-sharaf bagi yang ingin meneliti bahasa agama lebih dalam.
Perlu diragukan seorang yang mengaku ilmuwan dalam bidang agama namun nihil dari penguasaan Nahwu-sharaf, mengingat banyak referensi agama yang masih berbahasa Arab.
Untuk memahami Gramatika Bahasa Arab, setidaknya seseorang memahami dua bidang ilmu, yakni Ilmu Nahwu dan Saraf. karena selanjutnya nahwu-sharaf akan menjadikan modal baginya untuk memahami ilmu gramatika bahasa Arab yang lainnya seperti ilmu Badi, Ma’âni dan bayân, atau yang lebih dikenal dengan ilmu Bilâgah.
Minimnya penguasaan Nahwu membuat seseorang kesulitan memahami status sebuah kalimat, dan relasinya dengan kalimat lainnya. Ketidakpahaman ilmu Sharaf mengakibatkan seseorang tidak akan mampu memahami struktur kalimat, sudah barang tentu akan menghambat untuk memahami sebuah teks-teks yang berbahasa Arab.
Oleh karena itu, minat akan mempelajari Nahwu Saraf khususnya di lingkungan akademisi tidak akan ada habisnya. Meskipun tidak jarang dari mereka yang mengeluh dan bersusah payah mendalaminya.
Di Pesantren-pesantren Tradisional, pengajaran kitab-kitab dengan muatan nahwu sharaf marak dilakukan, seperti pengajaran kitab matn Jurûmiyyah, ‘Imriti, Sharaf Kailânî dan Alfiyyah Ibn Malik.
مبادي علم النحو
Mabadi Ilmu Nahwu
بسم الله الرمن الرحيم
يَنْبَغِى لِكُلِّ شَارِعٍ فِى فنٍّ مِنْ فُنُوْنِ اثنَىْ عَشَرَ فنًّا أنْ يَعْرِفَ حَدّهُ وَمَوْضوْعَهُ وَثَمْرَتهُ إلَـى آَخِرِ المَبَادِى العَشَرَةِ الـمَشْهُوْرَةِ .
Sebelum kita mempelajari ilmu nahwu, kita disarankan untuk mengetahui terlebih dahulu Stadium General tentang ilmu nahwu tersebut. Dengan mengetahui Stadium general dari ilmu nahwu, baru kita akan mudah mempelajari ilmu nahwu. Tak kenal maka tak sayang, kenalan dulu, baru mendalami, begitu kata pepatah. Is it right? Right wes,,,,
Stadium general nahwu atau dikenal dengan Mabadi Ilmu Nahwu terklarifikasi menjadi 10 bagian, yaitu :
1. Al-Hadd (Definisi) :
Secara Etimologi ;
المثل والجهة والمقدار والقسم والبعض والقصد
artinya contoh, jalan, ukuran, bagian, dan tujuan
Secara Terminologi ;
علمٌ بأصولٍ يعرفُ بها احوالُ اواخرِ الكلم اعرابًا وبنًاء,
artinya, ilmu yang fokus tujuannya adalah mempelajari keadaan/kondisi akhir kalimat bahasa arab baik berupa mu’rob, maupun mabni.
2. Maudhu (Sasaran, Fokus):
موضوعه : الْكَلِمَةُ الْعَرَبِيَّةُ مِنْ حَيْثُ الْبَحْثِ عَنْ أَحْوَالِهَا
Fokus utama ilmu nahwu adalah kalimat arabiyyah dengan batasan berupa mempelajari keadaan-keadaannya (ahwalnya).
3. Tsamroh (Hasil, Manfaat) :
٣. ثمرته : اَلتَّحَرُّزُ عَنِ الْخَطَاءِ في اللسان وَاْلاِسْتِعَانَةُ عَلَى فَهْمِ كَلاَمِ اللهِ وَكَلاَمِ رَسُوْلِ اللهِ
Hasil yang akan diperoleh ketika kita berhasil menguasai ilmu nahwu yaitu, kita akan terbebas dari kesalahan dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits (lebih tepatnya meminimalisir kesalahan, karena hakikat dari manusia itu sendiri).
4. Fadhol (Keutamaan) :
٤. فضله : فوقَنُهُ على سائر العلوم
Keutamaan dari ilmu nahwu sendiri adalah Lebih unggul dari berbagai Ilmu, karena tanpa ilmu nahwu, kita tidak dapat mempelajari ilmu lainnya (dalam hal ini yang berkaitan dengan ilmu-ilmu berbahasa arab).
Syekh Imrithi dalam kitabnya bernadzom:
والنَّحْوُ اَوْلَى أوَّلاً اَنْ يُعْلمَا * اِذِ الكلامُ دُوْنَهُ لنْ يفهما
Ilmu Nahwu adalah ilmu yang harus pertama kali dipelajari, karena tanpa nahwu, kita tidak akan bisa memahami kalam araby
5. Nisbat (Hubungan) :
٥. نسبته : التباين
Hubungan Nahwu dengan Ilmu lain adalah Tabayyun, yaitu Berbeda satu sama lain, dalam artian Ilmu nahwu dan ilmu lain (contohnya Shorof) mempunyai perbedaan yang mutlak (Tabayyun Umum Khusus min Ithlaq), karena mempunyai batasan-batasan tersendiri dalam pembahasannya.
6. Wadhi’ (Author, Pencetus) :
٦. واضعه : أبو الأسود الدؤلى
Pencetus Ilmu Nahmu sendiri adalah “Abu Aswad Addauli”, pada masa Sayyidina Ali (Kisahnya nanti di artikel selanjutnya ya...) .
7. Istimdad (Sumber) :
إستمداده : من القرآن والحديث
Sumber lahirnya ilmu nahwu ini berasal dari Al-Qur’an dan Hadits. (Hakikatnya, semua ilmu yang ada di dunia ini berasal dari Al-Qur’an dan Hadits)
8. Ism (Nama) :
إسمه : علم النـّحو، علم العربيّة، علم قواعد الإعراب
Nama ilmu ini adalah Ilmu Nahwu, ilmu bahasa arab, ilmu qowaidul irob (Kisahnya ntar diartikel selanjutnya ya...)
9. Hukum (Justifikasi) :
٩. حكمه : فرْضُ الكِفَايَةِ عَلَى كُلِّ نَاهِيَةٍ، وَفَرْضُ العَيْنِ عَلَىَ قَارِئِ التـّفْسِيْرِ وَالحَدِيْث
Hukum mempelajari ilmu Nahwu adalah Fardhu Kifayah atas setiap kampung dan fardhu atas orang yang membaca atau mempelajari tafsir/quran dan hadits (Ketika sudah ada yang menguasai ilmu nahwu dalam suatu daerah secara matang, maka gugur ke fardhuan orang lain untuk mempelajari ilmu nahwu. Hukumnya menjadi sunnah).
10. Masa’il (Mas’alah) :
١٠. مسائله : قَضَايَاهُ البَاحِثَةُ عَنْ قَوَاعِدِهِ
Masail ilmu nahwu sendiri adalah Qowaid-qowaid ilmu nahwu itu sendiri.
Nadzom Masyhur mengenai Mabadi
إنّ مَبَادِيَ كُلّ فَنٍّ عَشَرَة * الحَدُّ وَالمَوْضُوْعُ ثمّ الثـّمْرَة
وَالإسْمُ الإسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشّاَرِعُ * وَفَضْلُهُ والنِّسْبَةُ وَالوَاضِعُ
مَسائِلٌ والبَعْضُ بِالبَعْضِ اكْتَفَ * وَمَنْ دَرَى الجَمِيْعَ حَازَ الشّرَفَا
Mabadi dari setiap cabang ilmu (fan) ada 10, yaitu Had, Maudhu, Tsamroh, Fadhol, Nisbat, Wadhi’, Ism, Istimdad, Hukum, dan Masa’il. Masa’ilnya cukup dikuasai sebagian saja, namun orang yang menguasai semuanya, maka ia mendapat kemuliaan (lebih baik).
Setelah kita mengetahui mabadi dari ilmu nahwu tersebut, kita bisa memposisikan diri dalam memandang dan mempelajari Ilmu tersebut.
Selamat Belajar....!!!
Nantikan Artikel Selajutnya
Referensi:
شرح العمريطى
شرح حاشية العلامة ابن حمدون

Wednesday, April 12, 2017

Mengejar Mimpi Untuk Masa Depan

“You are never too old to set another goal or to dream a new dream.” - C.C. Lewis
Tidak ada kata terlambat untuk bermimpi. Selama seseorang masih memiliki akal dan masih bisa bernafas, maka memiliki mimpi adalah hal yang sangat wajar untuk dilakukan. Sayangnya, mengejar mimpi biasanya tidak semudah bermimpi. Ya, bermimpi memang mudah, tapi mengejar mimpi dan menjadikannya sebuah kenyataan adalah hal yang susah-susah gampang.
Setiap orang setidaknya memiliki satu impian dalam hidupnya. Untuk mengejar mimpi dalam hidup, tentunya dibutuhkan sebuah kerja keras. Mimpi itu tidak terbatas, kita boleh bermimpi menjadi apa saja. Bagi orang lain, impian kita mungkin terdengar aneh, namun selama kita menyukainya berarti tidak ada yang salah dengan impian kita tersebut.
Beberapa orang bisa dengan mudah meraih apapun dalam hidupnya. Setiap mengejar mimpi, mereka selalu bisa dengan mudah mendapatkannya. Bagi sebagian yang lain, mengejar mimpi ibarat mengejar layang-layang di jalan raya. Banyak rintangannya, banyak bahaya yang diakibatkannya. Beberapa yang lain justru kurang beruntung, karena tidak pernah bisa mengejar mimpi sampai akhirnya mereka menyerah sendiri.
Mengejar mimpi bukanlah sesuatu yang salah, sehingga banyak quotes yang menasehati kita supaya berani bermimpi, berani mengejar mimpi besar, berani memperjuangkan mimpi. Meskipun klise, tapi apa yang dikatakan dalam banyak quotes memang tidak salah. Mimpi itu memang harus dikejar, mimpi itu memang harus diraih, sehingga kita harus berani untuk mulai bermimpi dan mulai untuk mengejarnya.

PENGHALANG MENGEJAR MIMPI

Apa yang menghalangi seseorang dalam mengejar mimpi? Mungkin sesuatu di dalam diri atau mungkin sesuatu yang ada di luar dirinya. Apapun itu, sebenarnya selalu ada seribu cara menghadapi penghalang untuk mengejar mimpi.
Kita tidak pernah tahu dan tidak pernah bisa mengendalikan berbagai halangan yang hadir di luar diri kita. Akan tetapi, kita selalu memiliki kuasa penuh untuk menghadapi pengahalang yang datang dari diri kita sendiri. Berikut adalah beberapa pikiran atau sugesti yang sering kali menjadi alasan bagi kita untuk tidak mengejar mimpi.

1. Saya Tidak Cukup Pintar

Setiap orang dilahirkan dengan kemampuannya masing-masing. Dalam sebuah kelas di sekolah dasar saja, selalu ada siswa yang ranking 1 dan ada pula yang mendapatkan ranking 30. Dalam segi akademis, mungkin siswa ranking 1 lebih menonjol dibandingkan siswa ranking 30, tapi apakah itu menjamin jika siswa ranking 1 lebih baik dalam segala hal dibanding siswa ranking 30?
Ketika seseorang merasa tidak cukup pintar, artinya dia tahu jika ada orang lain yang lebih pintar dari dirinya dalam bidang tertentu. Sebagai solusinya, ya tentu saja kita harus belajar agar bisa menjadi lebih pintar. Kepercayaan diri mengenai “saya tidak cukup pintar” sebenarnya tidak salah, namun yang salah adalah asumsi yang kita ciptakan setelahnya.
Sering kali orang memiliki asumsi “Saya tidak cukup pintar, sehingga tidak akan bisa menjadi pengusaha sukses.”
“Saya tidak cukup pintar” adalah fakta. Namun, jika Anda mengatakan tidak bisa menjadi pengusaha sukses, itu hanya asumsi Anda saja. Kata siapa Anda tidak bisa jadi pengusaha sukses?
Memang, para pengusaha sukses adalah mereka yang pintar. Mereka pintar sebagai seorang pengusaha. Tapi, tidak berarti mereka pintar sejak lahir. Dulu, mereka sama dengan Anda, mereka juga pernah tidak cukup pintar. Mereka pintar karena mereka belajar, mencoba, dan mengambil hikmah. Hal itu tidak terjadi dengan sendirinya.

2. Saya Masih Pemula

Banyak orang yang tidak enggan mengejar mimpi karena merasa mereka masih pemula. pernyataan ini sebenarnya cukup menggelitik karena tahukah Anda jika semua orang pernah menjadi pemula? Bahkan Bill Gates juga pernah tidak punya pengalaman.
Jika Anda masih pemula dan belum punya pengalaman, itu karena Anda belum memulainya. Jika Anda sudah memulainya, Anda akan punya pengalaman. Semakin lama Anda mencoba, akan semakin banyak pengalaman. Jadi, jika mau punya pengalaman, maka mulailah “mengalami” apa yang ingin Anda lakukan.

3. Ini Sudah Terlambat Bagi Saya

Tahukah Anda, banyak orang sukses menjadi pengusaha setelah umur 60 tahunan alias memulainya setelah pensiun. Salah satu yang cukup terkenal adalah Kol. Sander, pendiri KFC.
Selama kita masih diberi kesempatan untuk hidup, maka tidak ada kata terlambat untuk bermimpi. Jika apa yang Anda lakukan untuk berbuat kebaikan, mencari rezeki halal, itu bisa dilakukan kapan saja.
Bahkan, jika Anda tidak bisa memetik langsung hasilnya, maka kerja keras kita akan dinikmati oleh anak cucu serta keturunan kita selanjutnya.

4. Saya Tidak Bisa Melakukannya, Kecuali …

“Seandainya saya punya modal, saya pasti bisa menjadi pengusaha. Saya tidak bisa menjadi pengusaha kecuali saya punya modal yang cukup.”
Penyataan di atas seringkali kita dengar sebagai alasan yang digunakan seseorang untuk tidak segera memulai mengejar mimpi mereka menjadi pengusaha.
Pernyataan tersebut jelas keliru, sebab banyak contoh kasus orang yang sukses menjadi pengusaha meski saat mulai dia tidak memiliki modal uang.
Untuk bisa mengejar mimpi, Anda harus yakin apa pun hambatan atau masalah Anda, akan ada solusinya jika Anda mau mencarinya.

5. Inilah Saya, Begini Adanya

Banyak orang yang gagal mengejar mimpi karena tidak yakin pada kemampuan diri sendiri. Padahal, usaha yang dilakukannya belum mencapai maksimal. Pesan yang bisa diambil di sini adalah jangan pernah yakin diri tidak mampu karena sesuatu tidak berjalan baik. Anda tetap bisa, meski keadaan sedang memburuk. Jika memang saat ini Anda benar-benar tidak mampu, artinya Anda perlu membangun kemampuan Anda dengan belajar dan mencoba. Jangan pernah berpikir selamanya akan tidak mampu.

6. Saya Terlalu Sibuk

Coba Anda hitung, sepanjang hidup Anda ada berapa orang yang seringkali mengatakan “Saya tidak punya waktu,” ketika diajak untuk melakukan sebuah kegiatan.
Pertanyaanya adalah “siapa yang punya waktu?”
Semua orang punya waktu selama masih diberi hidup. Waktu Anda 24 jam setiap hari. Apakah Steve Jobs punya waktu 35 jam per hari? Tidak, sama saja, hanya 24 jam.
Artinya, alasan “terlalu sibuk atau tidak punya waktu” hanya alasan mengada-ngada atau memang tidak mau.
“Tapi benar lho, ada banyak hal yang harus saya lakukan!” Ya, memang benar.
Pertanyaannya adalah mengapa Anda memilih melakukan yang selama ini Anda lakukan, bukan melakukan hal baru?
Kuncinya adalah keputusan Anda. Apakah Anda mau memilih apa yang sudah biasa Anda lakukan atau melakukan hal baru. Jadi bukan masalah waktu, bukan malah sibuk, tetapi masalah keputusan Anda, apa yang mau Anda lakukan.

PRINSIP DALAM MENGEJAR MIMPI ANDA

Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara untuk mengejar mimpi dan menjadikannya kenyataan. Dalam mengejar mimpi, selalu ada proses yang harus dilalui. Tiap orang harus memiliki prinsip agar ia  bisa mengejar mimpi dengan lebih mudah. Setidaknya, Anda harus memiliki 4 prinsip ini agar Anda bisa mengejar mimpi dan mewujudkan mimpi Anda tersebut.

1. Mimpi Itu Datangnya Dari Dalam Hati Kita Sendiri.

Jangan bermimpi karena emosi, apalagi sekadar ingin membuktikan diri. Dalam meraih mimpi, kita seringkali hanya melakukannya demi membahagiakan orang lain atau sekadar membuktikan jika diri kita bisa. Padahal, mimpi adalah milik kita sendiri. Kita tidak perlu mengorbankan mimpi kita demi orang lain.

2. Mimpi Itu Layak Diperjuangkan.

Jika ingin meraih sesuatu, jangan pernah berhenti sebelum berhasil. Untuk bisa berhasil, Anda harus mengerahkan segala kemampuan yang Anda miliki. Jika kita memiliki mimpi, pastikan kita melakukan yang terbaik sehingga kegagalan tidak akan membuat kita menyesal atau merasa bersalah.

3. Berdamailah Dengan Diri Sendiri.

Memiliki mimpi besar, kemudian gagal untuk meraihnya. Jika Anda pernah mengalami hal tersebut, maka Anda pasti tahu bagaimana rasanya.Kegagalan adalah sesuatu yang sangat mungkin untuk terjadi, namun jangan sampai sebuah kegagalan membuat kita stres dan menyerah. Saat Anda sukses, orang akan sibuk melihat kesuksesan Anda. Mereka mungkin akan lupa, jika Anda dulu juga pernah gagal.

4. Manfaatkan Setiap Kesempatan yang Datang Sebaik-baiknya.

Bukan cuma satu, tapi Anda memiliki banyak jalan untuk meraih mimpi Anda. Jika Anda tidak bisa sukses dengan cara A, maka masih ada cara B, C, D, dan seterusnya. Hal ini merupakan alasan mengapa kita tidak boleh menolak setiap kesempatan yang ada. Bahkan, kemungkinan terkecil pun bisa menjadi jalan bagi Anda untuk mengejar mimpi Anda.

CARA MENGEJAR MIMPI ANDA

Setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk mengejar mimpi. Ada orang yang melakukannya dengan mengikuti arus kehidupan, namun ada pula yang banting setir sebagai strateginya. Sebenarnya tidak ada cara yang salah dalam mengejar mimpi. Masing-masing orang memiliki cara terbaik untuk mengejar mimpi. Berikut ini, aterdapat beberapa cara yang bisa pula Anda lakukan sebagai pedoman untuk mengjar mimpi Anda.

1.  Tetapkan Target Anda

Perjelas tujuan Anda dalam beberapa hari, beberapa bulan atau beberapa tahun ke depan. Anda harus menggambarkan dengan jelas apa yang ingin diraih, lebih baik jika tujuan itu Anda tulis di atas kertas dan terpampang di meja kerja atau di dinding kamar.  Figure Out Your Goals akan memperkuat alam bawah sadar Anda yang secara pasti mengangkat semangat Anda untuk meraih impian tersebut.

2.  Buatlah Komitmen

Konsistensi dalam sebuah proses akan menjamin keberhasilan. Karena itu, komitmen Anda dalam proses dan langkah yang akan diambil dalam mengejar mimpi adalah kunci utama kesuksesan Anda. Komitmen adalah keberanian membuat keputusan (Decision Making) dari sekian banyak pertimbangan dan keraguan.  Langkah pasti hanya akan terjadi pada saat Langkah pertama telah diambil dan dilanjutkan dengan langkah demi langkah lainnya.

3.  Buat Perencanaan

Perencanaan adalah petunjuk langkah kerja Anda untuk sukses.  Tanpa arah dan tujuan, maka Anda akan menempuh perjalanan panjang tanpa kepastian.  Buatlah perencanaan untuk mengejar mimpi. Mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil yang diraih.  Buatlah perencanaan yang mudah dieksekusi dan diimplementasikan. Less is more, kesederhanaan jauh lebih penting daripada kerumitan. Hal ini adalah manajemen strategi paling handal yang perlu Anda lakukan dalam mengejar mimpi.

4.  Segeralah Bertindak

Anda selama ini mungkin selalu menunggu dengan dalih kondisi belum memungkinkan atau keadaan tidak mendukung.  Jangan pernah menunggu kondisi menjadi sempurna jika Anda tidak ingin tertinggal dari orang lain. Kesuksesan bukan menjadi milik orang lain jika Anda meraihnya, maka tidak peduli bagaimana pun kondisi saat ini, Anda harus segera ambil tindakan jika Anda telah menetapkan hati untuk berubah dan berkembang.

5.  Perhatikan Langkah Anda

Tidak semua rencana yang ideal menghasilkan hasil maksimal. Ada begitu banyak kendala dan halangan yang mungkin dialami dan tidak terhindarkan.  Meskipun begitu, masalah bukanlah sesuatu yang harus dhindari, melainkan harus Anda hadapi dengan komitmen dan konsistensi. Perhatikan setiap langkah kerja Anda, terlebih jika hal itu terkait dengan banyak orang dan banyak pihak.

6.  Perbaikan Berkelanjutan

Dunia sangat dinamis dan orang-orang sangat kreatif.  Pasar sangat inovatif dan konsumen sangat sensitif.  Hal-hal tersebut adalah tantangan utama Anda dalam mencapai keberhasilan dan kesuksesan dalam pengembangan diri dan karir.  Perhatikan setiap langkah kerja dan perhatikan lingkungan Anda yang selalu berubah setiap saat.  Ketika Anda lengah  dengan tidak berlaku lebih baik, maka orang lain akan melakukannya. Pada saat tersebut, Anda mulai tertinggal dan kehilangan momen.(sumber,http://ciputrauceo.net/)

Sunday, April 9, 2017

Larangan Membenci, Bermusuhan, dan Mendengki

Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara, sehingga tidak sepantasnya ada kebencian yang mengakar dalam diri mereka, permusuhan yang bekepanjangan, dan sifat dengki yang menggerogoti akhlak mereka. Islam adalah rahmat atau dalam bahasa masyhur (red.terkenal) nya yaitu kasih sayang. Jadi tiada hari tanpa kasih sayang, dan pengamalan kasih sayang tersebut merupakan amalan hingga ajal menjemput. Oleh karena itu perhatikanlah beberapa ayat quran dan sabda rasul yang berkaitan dengan bahaya dan larangan saling membenci, bermusuhan dan dengki.

Allah Ta'ala berfirman:
 إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat." – (QS.Al-Hujurat {49}:10)

Allah Ta'ala juga berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu, yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, yang Allah mencintai mereka, dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang Mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang, yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui." – (QS.Al-Maidah {5}:54)
Allah Ta'ala berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
"Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dia (orang-orang beriman), adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keredhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka, dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang disebut) dalam Taurat, dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia, dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir, (dengan kekuatan orang-orang beriman). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar." – (QS.Al-Fath {48}:29)
Sabda Rasulullah saw:
Dari Anas r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua saling benci-membenci, saling dengki-mendengki, saling belakang-membelakangi dan saling putus-memutuskan - ikatan persahabatan atau kekeluargaan - dan jadilah engkau semua hai namba-
hamba Allah sebagai saudara-saudara. Tidaklah halal bagi seseorang Muslim kalau ia meninggalkan - yakni tidak menyapa - saudaranya lebih dari tiga hari." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Pintu-pintu syurga itu dibuka pada Senin dan Kemis, lalu diampunlah bagi setiap hamba yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, melainkan seseorang yang antara dirinya dengan saudara itu ada rasa kebencian -dalam hati, lalu dikatakanlah- yakni Allah berfirman kepada malaikatnya: "Nantikanlah dulu kedua orang ini, sehingga keduanya berdamai kembali. Nantikanlah kedua orang ini, sehingga keduanya berdamai kembali." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim juga disebutkan: "Ditunjukkanlah semua amalan - manusia kepada Tuhan - pada setiap hari Kemis dan Senin," lalu disebutkanlah bunyi Hadis yang
lanjutannya sama dengan di atas.
Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain," (Al-Hujaraat: 12).
Diriwayatkan dari az-Zubeir bin Awwam r.a, bahwasanya Nabi saw. bersabda, "Kalian telah terjangkiti penyakit ummat sebelum kalian, yaitu dengki dan angkara murka yang dapat mencukur (memusnahkan). Aku tidak katakan mencukur rambut, tetap dapat mencukur (memusnahkan) agama. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk ke dalam surga hingga kalain beriman dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukah kalian aku beritahu cara menumbuhkan hal itu? Yaitu sebarkan salam diantara kalian," (Hasan, HR at-Tirmidzi [2510], Ahmad [I/167] dan Bukhari dalam Adabul Mufrad [260]).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi saw. beliau bersabda, "Janganlah kalian berprasangka sebab prasangka itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian saling mengintai kesalahan, saling bersaing, saling iri, saling benci, dan saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara," (HR Bukhari [6064] dan Muslim [2563]).
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kalian saling membenci, saling dengki, dan saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba Allah yang besaudara. Dan tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari tiga hari," (HR Bukhari [6065] dan Muslim [2559]).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Pintu surga dibuka setiap hari Senin dan Kamis. Maka pada hari itu setiap hamba diberi ampunan selama ia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seorang hamba yang bermusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, 'Akhirkan dulu mereka hingga mereka akur, akhirkan dulu mereka hingga mereka akur, akhirkan dulu mereka hingga mereka akur, akhirkan dulu mereka hingga mereka akur'," (HR Muslim [2565]).
Diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim bermusuhan saudaranya lebih dari tiga hari, mereka bertemu dan saling berpaling. Yang terbaik dari mereka berdua adalah yang lebih dahulu mengucapkan salam," (HR Bukhari [6077] dan Muslim [2560]).
Diriwayatkan dari Hisyam bin Amir al-Anshari r.a, bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim memusuhi saudaranya muslim lebih dari tiga hari. Mereka berdua jauh dari kebenaran selama mereka memutuskan hubungan. Kemarahan siapa yang reda terlebih dahulu maka hal itu sebagai kafarat untuknya dan apabila mereka berdua meninggal disaat memutuskan hubungan tersebut maka mereka tidak akan masuk surga selamanya. Jika salah seorang mereka mengucapkan salamnya dan tidak dijawan oleh yang lain maka malaikatlah yang menjawab salamnya tersebut. Sementara yang lain akan mendapat jawaban dari syaitan," (shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad [402]).
Banyak hadits-hadits yang termasuk dalam bab ini.
Kandungan Bab:
  1. Kaum muslimin dilarang untuk saling membenci karena hawa nafsu bukan karena Allah. Sebab Allah telah menjadikan mereka teman dan saudara yang saling menyayangi bukan saling membenci.
Allah telah mengharamkan atas orang-orang mukmin perkara yang dapat menimbulkan saling bermusuhan dan membenci diantara mereka, sebagaimana firman Allah, "Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran meminum khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilahkamu dari mengerjakan pekerjaan itu," (Al-Maidah: 91).
  1. Kaum muslimin dilarang berbuat dengki dan jahat. Oleh karena itu janganlah kalian saling iri dengki. Sifat iri merupakan sifat yang sudah ada dalam tabiat manusia. Yakni seorang manusia benci jika beberapa keutamaannya dikalahkan oleh seorang yang satu level dengannya. Setelah itu manusia terbagi pada tiga golongan:
    1. Diantara mereka ada yang berusaha untuk menghilangkan nikmat orang yang didengki dengan berbuat jahat kepadanya, baik melalui perkataan maupuan perbuatan.
    2. Ada yang berusaha memindahkan nikmat tersebut kepada dirinya.
    3. Dan ada juga yang berusaha untuk menghilangkan nikmat orang tersebu tanpa memindahkan nikmat tersebut kepada dirinya dan ini merupakan sifat dengki yang lebih buruk daripada dua sifat yang lalu. Sifat dengki seperti ini merupakan sifat tercela yang dilarang dan ini merupakan dosa yang telah dilakukan iblis yang dilaknat Allah.
Allah telah menceritakan karakter Ahli Kitab dengan sifat ini, Allah berfirman, "Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran," (Al-Baqarah: 109).
  1. Dilarang saling bermusuhan, memutuskan hubungan dan memboikot lebih dari tiga hari karena urusan dunia. Sebab hal ini merupakan penghalang naiknya amalan dan masuknya seseorang ke surga.
  2. Kebalikan dari yang lalu, perintah untuk saling bersaudara karena Allah dan bersatu dalam manhaj Allah. Oleh karena itu ALlah memberikan nikmat ini kepada hamba-hamba-Nya dengan cara mempersaudarakan mereka, sebab itu merupakan tali keimanan yang terkuat, terbaik, dan yang paling kokoh.
"Dan ingatlah akan nikmat ALlah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliyyah bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara," (Ali Imran: 103]).
Jelaslah keterangan-keterangan baik quran maupun hadits yang menjelaskan dan memberikan pemahaman lebih kepada kita agar mampu menciptakan suasana ukhuwah yang tinggi, persaudaraan dan kekeluargaan antar sesama muslim, karena tiada balasan yang pantas dan layak bagi mereka yang menjaga silaturahim kecuali keridhoan dan keberkahan hidup dari Allah swt. Semoga kita semua bisa mencapainya, Amin Ya Rabbal `Alamin..
www.buyahaerudin.com

Thursday, April 6, 2017

PERSATUAN DALAM ISLAM

Oleh
Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi Al-Atsari
URGENSI PERSATUAN ISLAM
Persatuan Islam termasuk dari maqoshid syar’iyyah (tujuan syari’at) yang paling penting yang terkandung dalam agama ini. Al Qur`an dan Rasulullah senantiasa menyerukannya. Persatuan dalam masalah aqidah, ibadah, dan akhlak, semuanya diperhatikan dan diserukan oleh Islam. Diharapkan akan terbentuk persatuan di atas petunjuk dan kebenaran. Bukan persatuan semu, yang tidak ada kenyataan, karena tidak ada faidahnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala satu, Nabi kita satu, kiblat dan aqidah kita juga satu, ini semua termasuk dari salah satu sisi persatuan dalam berakidah. Begitu juga persatuan dalam masalah ibadah. Kita dapat melihat, bagaimana kaum Muslimin berkumpul setiap harinya sebanyak lima kali di masjid-masjid mereka; ini adalan salah satu fonemena dari persatuan. Juga bagaimana mereka berkumpul dengan jumlah yang lebih besar pada setiap hari Jum’at, berpuasa secara serempak di seluruh penjuru dunia dalam waktu yang sama, atau mereka saling memanggil ke suatu tempat bagi orang yang mampu untuk melaksanakan kewajiban haji, dengan menggabungkan usaha harta dan badan di satu tempat dan waktu yang sama; ini semua adalah bagian dari fonemena persatuan Islam di dalam mewujudkan hakekat akidah yang terbangun atas dasar tauhid. Karena sesungguhnya persatuan kalimat tidaklah akan menjadi benar, melainkan dengan kalimat tauhid, dengan fenomena persatuan akidah dan ibadah seperti yang telah ditunjukkan di atas.
Sebenarnya telah ada fonemena persatuan di dalam perilaku kaum Muslimin, antara satu dengan yang lainnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum Muslimin dalam saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong di antara mereka seperti perumpamaan satu tubuh. Tatkala salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lainnya akan merasakan pula dengan demam dan tidak bisa tidur” [1].
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan yang lainnya.”[2]
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Salah seorang dari kalian tidak beriman (dengan sempurna, Red) sampai ia mencintai (kebaikan) untuk saudaranya dengan apa yang dia dicintai dirinya” [3].
الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ
“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya”.
الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ لَا يخذلهُ ولا يحقره وَلَا يُسْلِمُهُ
“Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya, dia tidak membiarkannya (di dalam kesusahan), tidak merendahkannya, dan tidak menyerahkannya (kepada musuh)”.
Semua ini adalah pemandangan yang mengkuatkan dan menyatukan hati, menghantarkan kepada anggota tubuh lainnya. Bahkan apabila kita memperhatikan firman Allah :
“Demi masa. Sesungguhnya semua manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal shalih, dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran”. [al ‘Ashr : 1-3].
Jika kita memperhatikan firman Allah di atas (yang artinya) “dan mereka saling memberikan nasihat ”, ini juga termasuk fonemena persatuan. Karena saling menasihati tidak akan terjadi pada satu orang saja, akan tetapi terjadi pada suatu kelompok antara satu dengan yang lain, saling mengingatkan, menasehati dan saling meluruskan.
Allah berfirman:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”. [Ali Imran: 103]
Ini juga fonemena persatuan. Berpegang teguhlah dengan tali persatuan, kesatuan dan kebersamaan.
CARA DAN LANDASAN MEWUJUDKAN PERSATUAN
Tetapi bagaimanakah cara mewujudkan persatuan dan atas dasar apa? Apakah kebersamaan dan berkelompok berdasarkan (persamaan) ras, negara, daerah, warna (kulit) atau bahasa? Ataukah berkumpul atas dasar agama?.
Pertama kali yang difirmankan Allah dalam ayat di atas:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ
Berpegang teguh dengan Tali Allah!
Yaitu dengan agama Allah, Kitab Allah, syariat Allah, dan Sunnah NabiNya. Allah tidak menyerahkan perkara (persatuan ini) pada akal, sehingga bisa memilih apa yang dikehendaki. Akan tetapi Allah menegaskan “berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah”.
Sesungguhnya firman Allah “berpegang teguhlah” telah mengandung makna, berkumpul dan bersatu, akan tetapi Allah menekankannya lagi sebagai tambahan penjelasan “berpegang teguhlah kamu semua dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai- berai”.
Terdapat tiga penekanan dalam satu nash [4], semuanya mempunyai makna persatuan dan kesatuan. Dan persatuan ini tidak akan terwujud, kecuali atas dasar tauhid diikat dengan tali Allah. Maka berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan jangan bercerai berai.
Persatuan yang ada hendaknya atas dasar agama, akidah dan mengikuti Sunnah Rasulullah. Makna ini telah dijelaskan dalam banyak nash. Di antaranya firman Allah dalam kitabNya :
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa” [al An’am :153]
Allah telah menjadikan jalanNya dibangun di atas Sunnah, yang mana ia adalah jalan Islam atau ditafsirkan dengan al Qur`an dengan segala kandungan hukum-hukumnya, yang di dalamnya terdapat argumen dan penjelasan. Allah berfirman (artinya): Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)!
Tatkala Rasulullah bersama para sahabatnya, ia menggaris di atas tanah garis yang lurus dan menggariskan garis-garis lain di kanan dan kirinya. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk garis lurus tersebut seraya berkata: “Ini adalah jalan Allah”. Dan beliau menunjuk garis-garis yang bercabang di kanan dan di kirinya dengan mengatakan: ”Ini adalah jalan-jalan sesat, di setiap ujung jalan-jalan ini terdapat setan yang menyeru kepadanya”. Kemudian beliau membaca ayat ini (QS al An’am : 153). [5]
Oleh karena itu, setiap hawa-nafsu, pendapat, bid’ah dan perkara baru (dalam agama), pemikiran yang menyeleweng dan jauh dari al Kitab dan as Sunnah, jauh dari dalil dan hujjah, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenarannmu jika kamu orang-orang yang benar”. [an Naml : 64].
Itu semua memisahkan dan menjauhkan dari kebenaran yang ada, serta mengikuti hawa nafsu belaka.
Seorang hamba diperintahkan untuk mengikuti perintah Allah dan RasulNya, agar ia menjadi seorang hamba yang mengikuti jalan Allah yang lurus. Bagaimana dia tidak mengamalkan perintah ini? Dan bagaimana mungkin ia tidak ingin melakukan dan berusaha untuk mengikutinya? Sementara ia telah berdo’a siang dan malam kepada Rabb-nya dalam setiap shalatnya, minimal 17 kali dengan mengatakan :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

“Tunjukilah kami jalan yang lurus”. [Al Fatihah:6]
Bagaimana mungkin ia meminta hidayah untuk ditunjukkan jalan yang lurus? Padahal ia sendiri menyelisihi dan mengikuti hawa nafsunya, mengikuti perkara-perkara baru (dalam agama), mengikuti fikiran dan akal yang dangkal dan kurang sehat.
Allah telah menjadikan hidayah kepada jalan lurus ini terikat dengan dua perkara:
Pertama dan yang paling penting adalah, taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah, di dalam kitab yang menerangkan syarat hidayah ini:
وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا
“Dan jika kamu ta’at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk”. [an Nuur : 54].
Dan ketaatan ini tidak akan bisa dilakukan dengan sempurna oleh seseorang, kecuali bila ia beriman sebagaimana para sahabat beriman, bermanhaj dan berpaham seperti manhaj dan pemahaman para sahabat, sebagaimana firman Allah:
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan dia mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali”. [an-Nisa’:115]
Bahkan Allah Azza wa Jalla mengaitkan syarat hidayah dengan keimanan sebagaimana keimanan para sahabat. Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk”. [al Baqarah : 137].
Maksudnya, apabila mereka beriman -yakni orang-orang setelah kalian- seperti iman kalian terhadapnya, yakni seperti para sahabat Rasul, maka mereka akan mendapatkan hidayah. Ini adalah syarat dan pondasi pokok. Apabila hilang syarat ini, maka janji dan hasil yang dikatakan serta permintaaan kita terhadap hidayah tidak ada faidahnya dan sia-sia belaka.
Dengan ini semuanya, hendaknya kita mengoreksi diri dengan segala apa yang kita lakukan, kita pikirkan dan kita bicarakan. Sehingga kita akan tetap terus berada di atas jalan Allah yang lurus untuk terus melakukan ketaatan kepadaNya, mengikuti kebenaran, untuk menuju kebenaran, yaitu Sunnah Nabi kita.
Terdapat dalam Sunnah Rasulullah yang menyebutkan secara jelas tentang gambaran dan ibrah perpecahan yang ada, ia Shallallahu ‘alaihi wa sllam bersabda :
افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتْ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَسَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً , قَالُوا مَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هي الجماعة (وفي رواية) هِيَ التي مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nashara terpecah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu. Para sahabat bertanya,“Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,“Satu golongan itu adalah jama’ah.” (Dalam riwayat lain): “Mereka itu adalah orang-orang yang berjalan di atas jalan yang pernah aku tempuh”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
“Al jama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah azab”
Ini semua menunjukkan penekanan terhadap makna persatuan umat. Dan persatuan ini tidak akan terbangun kecuali di atas kebenaran yang berdasarkan Kitab Allah dan Sunnah RasulNya, di atas manhaj para sahabat Rasul yang masih belum terlumuri dengan perkara- perkara bid’ah dan kesesatan. Para sahabat adalah manusia paling baik hatinya dibandingkan manusia lain, paling dalam ilmu, paling besar kecintaan dan ittiba` kepada Rasulullah. Karena kecintaan yang murni adalah kecintaan yang terbangun di atas ittiba`, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [Ali Imran : 31].
Jadi, asas cinta kepada Rasulullah adalah ittiba’ (mengikuti) rasul dalam segala ajarannya.
Adapun kecintaan yang dibarengi dengan penyelewengan, rasa cinta dan melakukan bid’ah, maka hal ini tidaklah akan bertemu. Sebagaimana perkataan syair:
Kamu bermaksiat kepada Rasul, dan kamu mengaku mencintai beliau
Demi Allah, ini adalah permisalan yang sangat jelek.
Persatuan dalam Islam terbangun atas tauhid, ittiba` Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan manhaj Salaf dari para sahabat, tabiin dan tabiut tabiin yang merupakan manusia terbaik, sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
خَيْرُالناس قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah manusia pada zamanku, kemudian yang berikutnya dan berikutnya”.
Dan ada tambahan di selain Shahihain :
ثُمَّ يَأْتِي أَقْوَامٌ لاَ خَيْرَ فِيْهِمْ
“Kemudian datang suatu kaum yang tidak ada kebaikan di dalamnya”.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena kaum ini telah menyelisihi manhaj generasi terbaik yang telah mengikuti dan berjalan di atas petunjuk Rasul. Maka dicabutlah kebaikan dari mereka sesuai dengan penyelewengan mereka dari para salaf.
Persatuan dalam Islam adalah hal utama yang diminta dari umat, dan wajib bagi kita terus bersemangat untuk merealisasikannya, menjalankan dan menyerukan persatuan tersebut.
Di dalam al Qur`an banyak contoh yang menerangkan kepada kita hakikat persatuan, antara ada dan tiada.
Contoh yang menjelaskan, bagaimana persatuan dalam berakidah dan manhaj yang benar telah menjadikan satu orang bisa dianggap satu jamaah. Dan contoh yang menjelaskan, bagaimana kelemahan dan kegagalan bisa menjadikan suatu jamaah dianggap seperti satu orang, bahkan individu-individu yang saling bertikai antara satu dengan yang lainnya, Allah Azza wa Jalla menceritakan tentang bapaknya para nabi, yaitu Nabi Ibrahim Alaihissalam :
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif”. [an Nahl : 120].
Padahal beliau Alaihissallam hanya seorang diri. Akan tetapi, seakan ia bagaikan satu umat, umat yang menjadi panutan atau umat bagi dirinya sendiri. Sebaliknya, Allah menyebutkan mencotohkan lawan dari sebelumnya, gambaran dari sifat teman-teman kera, babi yang telah membunuh para nabi, menyelewengkan aqidah yang benar dan merubah agama mereka. Dalam firmanNya, Allah mengkabarkan :
تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى
“Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah-belah”. [al Hasyr : 14].
Kemudian contoh ketiga adalah gambaran untuk para sahabat nabi, yang mana persatuan mereka adalah anugerah dari Rabb mereka, karena mereka sebaik-baik orang yang telah melanjutkan tongkat estafet kebenaran setelah para nabi, semoga Allah meridhai mereka semua. Allah berfirman :
“Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka”. [al Anfal : 63].
Sungguh, hati dan badan-badan mereka saling bersatu. Dalam firman Allah “kalau seandainya kalian menginfakkan seluruh isi dunia”, hal ini termasuk mengaitkan sesuatu dengan hal yang mustahil bagi seorang manusia untuk melakukannya, karena tidak mungkin ada seseorang yang bisa menginfakkan semua itu, baik emas, uang dan barang berharga lainnya.
Kalaupun kamu bisa menginfakkan itu semua, maka kamu tidak akan dapat menyatukan hati mereka, hati-hati mereka akan tetap bercerai-berai.
Bangsa Arab sebelum Islam termasuk dari umat yang tidak punya persatuan, bahkan tidak dikenal kecuali dengan peperangan di antara mereka dan saling membanggakan diri satu sama lain di dalam perkara atau sebab yang banyak. Peperangan-peperangan ini merupakan bukti kuat, bahwa bangsa Arab sebelum Islam tidaklah berarti. Kemudian datang Islam, turun kepada mereka al Qur`an dan petunjuk yang benar, serta diutusnya Rasul Allah yang haq, merupakan nikmat dari Allah dan Ia pun menyatukan hati-hati mereka.
Bagian awal dari ayat, Allah Azza wa Jalla menyebutkan “kamu tidak akan dapat menyatukan hati-hati mereka”, lalu di bagian akhir disebutkan “akan tetapi Allah menyatukan mereka”. Allah telah menganugerahkan kepadamu, sesuatu yang lebih besar dari yang engkau inginkan. Engkau ingin menyatukan hati-hati mereka, akan tetapi Allah menganugerahkan penyatuan hati dan badan. Tidak hanya hati mereka, bahkan Allah telah menyatukan di antara mereka (hati dan badan mereka), sehingga itu merupakan anugerah umatnya dari Allah, dengan bergabungnya antara persatuan dengan tauhid. Allah berfirman :
وَمَابِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. [an Nahl : 53].
Dan firmanNya :
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لاَتُحْصُوهَا
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya”. [Ibrahim : 34].
Pembicaraan masalah persatuan dan kesatuan umat sangatlah luas, dalil-dalil yang berkenaan dengan itu juga sangat banyak, akan tetapi karena perbedaan kaumlah yang telah melupakan satu dengan yang lainnya.
Karena itu aku tutup pembicaraan ini dengan mengingatkan hadits Tamim ad Daariy, ia berkata: bersabda Rasulullah :
الدِّينُ النَّصِيحَةُ ثَلَاثَ مِرَارٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
“Din (agama) ini adalah nasihat” (tiga kali). Para sahabat bertanya : “Nasihat bagi siapa, wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab,”Nasihat terhadap Allah (maksudnya dengan mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan niat dalam beribadah, Red), nasihat terhadap kitabNya (maksudnya, dengan mengimaninya dan mengamalkan isinya, Red), nasihat terhadap para pemimpin kaum Muslimin (maksudnya, dengan mentaati mereka dan tidak memberontak) dan nasihat bagi kaum Muslimin secara umum”.
Juga, tauhid mengantarkan kepada tauhid (persatuan), persatuan akidah menyeru kepada persatuan kata. Sehingga mereka saling bersatu sebagaimana yang diperintahkan Allah k . Dan saling tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan jangan saling membantu dalam hal dosa dan permusuhan.
Di suatu hadits Abdullah bin Jarir berkata : Rasullah bersabda,”Baaya`na Rasulullah ala sami wa toat … … wannush likulli muslim”. ia menambahkan,”Rasulullah membebankan kepada kita dengan apa yang kita mampu”.
Semuai ini bertujuan untuk mengagungkan persatuan dalam jiwa-jiwa. Dan hendaknya diketahui, bahwa hak saudaramu padamu, sama seperti hakmu pada mereka. Dan sesungguhnya tidaklah sempurna iman seseorang, sampai ia mencintai bagi saudaranya dengan apa yang ia cintai untuk dirinya.
Renungkanlah, betapa indahnya tatanan masyarakat ini, yang saling mencintai satu sama lain, saling menolong, mengingatkan, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, dengan penuh kecintaan, kasih-sayang, rahmat dan kelembutan. Membayangkan bagaimana bersatunya masyarakat dengan menampakkan persatuan kata yang hanya dilandasi atas persatuan tauhid.
Saya berdoa kepada Allah agar menyatukan kaum Muslimin di atas Kitab dan Sunnah RasulNya, menjauhkan dari segala fitnah yang ada, baik yang nampak atau yang tidak, menghilangkan setiap bentuk kesyirikan, bidah dan perbedaan. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. [al Anfal : 46].
Firman Allah :
“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. [Ar Ruum : 31-32]
Allah telah menjadikan sikap perpecahan sebagai ciri dari orang musyrik; bertauhid dan bersatu sebagai ciri dari kaum Mukminin. Semoga Allah menjadikan kita semua dari orang-orang yang selalu berpegang teguh di atas kebenaran, mewafatkan kita di atasnya dan Sunnah RasulNya dengan tidak melakukan bid’ah, penyelewengan, kerusakan dan kehinaan. Maha suci Allah yang kuasa untuk melakukan ini semua.
Wasallahu ‘alan nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wasahbihi ajma’in.
Wa akhiru dakwana alhamdulillhi rabbil ‘alamin.
[Diangkat dari ceramah Syaikh Ali Hasan –hafizhahullah- di Masjid al Muhajirin Malang, Kamis, 16 Februari 2006M]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
________
Footnotes
[1]. HR Imam Muslim dalam Shahih-nya.
[2]. HR Bukhari dan Muslim.
[3]. HR Bukhari dan Muslim.
[4]. Yaitu : 1) Firman Allah “berpegang teguhlah”, perintah ini sudah mencakup semua umat Islam. 2) FirmanNya “kamu semua”. 3) FirmanNya : “janganlah kamu bercerai-berai”. (Red).
[5]. HR Ibnu Majah.

Wednesday, April 5, 2017

Pentingnya Menuntut Ilmu


dakwatuna.com Majelis ilmu itu adalah majelis yang memudahkan jalan ke surga. Menuntut ilmu hukumnya wajib baik bagi laki-laki maupun perempuan. Ilmu akan menuntut untuk membentuk akhlak yang mulia. Allah sangat memuliakan orang yang berilmu. Dengan ilmu kita bisa melaksanakan amal ibadah dengan sempurna. Ada sebuah istilah yang mengungkapkan “tidak sempurnya kewajiban karena sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib” sesuatu itu diartikan dengan ilmu, di mana sebuah kegiatan wajib, tidak akan sempurna tanpa mengetahui ilmunya. Contoh: Shalat merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan oleh umat Islam. Shalat mempunyai rukun dan syarat sah shalat yang wajib dipenuhi oleh setiap orang yang mendirikan shalat. Maka agar shalat menjadi sempurna, rukun shalat, syarat sah shalat, dan ilmu mengenai tata cara shalat wajib dipelajari, sehingga kewajiban untuk melaksanakan shalat bisa dilakukan dengan baik sesuai ilmunya.
Ilmu menjadi konteks utama dalam suatu peradaban. Contohnya: Nabi Adam AS lebih dimuliakan dibanding malaikat karena ilmu yang dimilikinya. Allah mengajarkan nama-nama benda kepada Nabi Adam sehingga ia bisa menjawab benda-benda yang diperintahkan oleh Allah untuk menyebutnya, sementara malaikat tidak bisa menyebut nama-nama benda itu. Dengan ketinggian ilmu yang dimiliki oleh nabi Adam, Allah menyuruh malaikat untuk memuliakan Nabi Adam dengan bersujud kepadanya. Ini membuktikan bahwa Allah memuliakan orang-orang yang berilmu. Peristiwa ini diabadikan oleh Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 31-35.
Sebelum Rasulullah hadir di muka bumi, manusia berada pada masa kejahaliyaan. Hidup manusia berada pada kondisi yang suram. Banyak terjadi pembunuhan terhadap anak perempuan, minum-minuman, khamar, perendahan terhadap kaum wanita, menyembah berhala, dan lain sebagainya. Allah mengutus Nabi Muhammad untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dalam pengangkatan Nabi Muhammad menjadi nabi, ayat yang pertama diturunkan adalah QS. Al-‘alaq ayat 1-5. Ayat pertama artinya “bacalah”, di mana malaikat Jibril memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk membaca. Hal ini menunjukkan betapa Islam sangat mendorong manusia untuk menuntut ilmu.
Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu, sesuai dengan firman-Nya dalam QS. Al-Mujaadilah ayat 11:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, nisacaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.
Barangsiapa yang keluar meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu maka ia akan berada di jalan Allah asalkan niatnya untuk mencari keridhaan Allah. Jadi jelaslah bahwa setiap muslim wajib untuk menuntut ilmu karena ilmu sangat penting untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Monday, April 3, 2017

Keistimewaan Bulan Rajab dan Keutamaan Puasa Rajab


 Dalam hitungan kalender hijriyah, bulan rajab merupakan bulan ketujuh. Bulan ini termasuk salah satu bulan haram (suci) dan/atau bulan yang dimuliakan. Karena merupakan bulan haram, maka tidak heran jika dikalangan masyarakat muslim banyak yang melakukan amal-amalan ketaatan di bulan ini, termasuk menunaikan puasa sunnah rajab.  
Terdapat 4 (empat) bulan haram yang dikenal tradisi Islam, ketiganya secara berurutan adalah: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satunya adalah bulan Rajab. Beberapa alasan kenapa bulan-bulan tersebut dinamakan bulan haram adalah :
  • Pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
  • Pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan itu. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan. (Lihat Zaadul Masiir, tafsir surat At Taubah ayat 36)


Allah SWT berfirman :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Artinya :
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS. At-Taubah : 36)

Keutamaan Puasa Rajab

Hadis-hadis Nabi yang menganjurkan atau memerintahkan berpuasa dalam bulan- bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) itu cukup menjadi hujjah atau landasan mengenai keutamaan puasa di bulan Rajab.
Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah riwayat al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai Rasulallah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban. Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'"


Menurut as-Syaukani dalam Nailul Authar, dalam bahasan puasa sunnah, ungkapan Nabi, "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya.
Keutamaan berpuasa pada bulan haram juga diriwayatkan dalam hadis sahih imam Muslim. Bahkan berpuasa di dalam bulan-bulan mulia ini disebut Rasulullah sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Nabi bersabda : “Seutama-utama puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab).
Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab terkategori al-asyhur al-fadhilah di samping dzulhijjah, muharram dan sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di samping dzulqa’dah, dzul hijjah, dan muharram.
Disebutkan dalam Kifayah al-Akhyar, bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadan adalah bulan- bulan haram yaitu dzulqa’dah, dzul hijjah, rajab dan muharram. Di antara keempat bulan itu yang paling utama untuk puasa adalah bulan al-muharram, kemudian Sya’ban. Namun menurut Syaikh Al-Rayani, bulan puasa yang utama setelah al-Muharram adalah Rajab.
Terkait hukum puasa dan ibadah pada Rajab, Imam Al-Nawawi menyatakan, telah jelas dan shahih riwayat bahwa Rasul SAW menyukai puasa dan memperbanyak ibadah di bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka selama tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab, maka tak ada satu kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan ibadah lainnya di bulan Rajab” (Syarh Nawawi ‘ala Shahih Muslim).

Keistimewaan Bulan Rajab

Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab:
  1. Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah SAW memasuki bulan Rajab beliau berdo’a:“Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).
  2. "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
  3. Riwayat al-Thabarani dari Sa'id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
  4. "Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
  5. Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."
  6. Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”.


(Sumber: nu.or.id)